Sabtu, 13 November 2010

Hadiah Buah Pir Buat Putri Obama Picu Siaga Keamanan

WALIKOTA SUNGAI PENUH
Seoul
Seorang warganegara Korea Selatan yang baik hati dan bermaksud mengirim hadiah buah pir untuk putri Presiden AS Barack Obama, memicu siaga keamanan di lokasi pertemuan puncak Kelompok 20 (G20) pekan ini di Seoul, Korea Selatan.

Staf di kantor pos di bagian selatan Seoul, Selasa, menerima paket yang ditujukan kepada putri paling kecil Obama, Sasha, dan dimaksudkan untuk dikirim ke tempat pertemuan puncak, demikian laporan Kantor berita Yonhap, Jumat.

Petugas disiagakan karena beberapa paket, "yang mencurigakan" selama pertemuan tersebut dan mereka memeriksa isi paket itu. Pemeriksaan sinar-X memperlihatkan beberapa benda bulat yang menyerupai buah, tapi staf yang khawatir tetap menghubungi tim SWAT dan anjing pelacak.

Hadiah buah pir Asia tersebut dikembalikan kepada pengirimnya, yang berusia lanjut, di kota pelabuhan Busan di bagian selatan negeri itu. Pria pengirim paket tersebut sebelumnya mengirim buah kepada presiden terdahulu Korea Selatan Roh Moo-Hyun.

Korut Membangun Reaktor Air-Ringan

WALIKOTA SUNGAI PENUH

Hecker mengatakan kepada para wartawan di Beijing, bahwa dia diberi tahu tentang pembangunan reaktor nuklir itu oleh Korea Utara dan bahwa reaktor tersebut bisa memproduksi 25-30 megawatt listrik, menurut laporan itu.

Hecker baru-baru ini berkunjung ke Korea Utara, kata laporan tersebut.

Dia juga mengatakan bahwa pembangunan reaktor tersebut baru saja dimulai dan memerlukan waktu beberapa tahun untuk menyelesaikannya.

Korea Utara berusaha mendirikan reaktor air-ringan selama beberapa tahun, dan mengklaim proyek itu akan sepenuhnya untuk kebutuhan energi untuk keperluan damai.

Jenis reaktor itu disebut relatif resisten terhadap proliferasi, yang berarti reaktor tersebut tidak akan disimpangkan untuk program pembuatan senjata.

Kesepakatan 1994 antara Korea Utara dan Amerika Serikat dimaksudkan untuk menyediakan negara miskin itu dengan dua reaktor air-ringan 1.000-megawatt yang dibangun oleh sebuah konsorsium internasional, tetapi perjanjian itu berantakan pada 2006 setelah Utara dituduh mengembangkan program senjata nuklir.

Para analis menyatakan ragu-ragu atas kemampuan Korea Utara membangun sebuah reaktor air-ringan, karena hal itu memerlukan komponen-komponen penting yang hanya bisa didapat dari negara-negara nuklir seperti AS.

Korea Utara telah membekukan lokasi nuklir Yongbyon berdasarkan kesepakatan 2005 dengan lima negara kuat regional dengan imbalan bantuan, namun juga dlaporkan bahwa negara itu telah memulai aktivitas baru-baru ini pada saat proses perlucutan senjata nuklir enam pihak masih mengalami kemacetan dua tahun lalu.

Sebuah reaktor grafit-moderat lima megawatt di Yongbyon telah

menghasilkan plutonium berperingkat bisa dibuat senjata dan para pejabat serta ahli percaya Korea Utara menggunakannya untuk membuat beberapa bom nuklir.(*)

Komite Nobel Undang Suu Kyi

WALIKOTA SUNGAI PENUH
Komite Nobel Undang Suu Kyi
Oslo 
Komite Nobel Norwegia hari Sabtu mengundang penerima hadiah perdamaian itu Aung San Suu Kyi ke Oslo, setelah junta Myanmar mencegahnya untuk mengambil hadiahnya pada 1991, kata kantor berita NTB.

Thorbjoern Jagland, ketua komite itu, mengatakan pemimpin demokrasi Myanmar yang telah dibebaskan dari tahanan rumah Sabtu itu sebaknya melakukan perjalanan ke Oslo secepat mungkin, untuk menyampaikan pidato penerimaan tradisional bagi para pemenang hadiah perdamaian tersebut.

Hadiahnya telah diterima pada waktu itu oleh dua anak laki-lakinya ketika ia dirintangi melakukan perjalanan ke Norwegia.

Jagland minta pemerintah Myanmar untuk memberi Suu Kyi jaminan bahwa ia akan diperbolehkan kembali ke negaranya jika ia akan datang ke Norwegia.

"Saya kira ia tidak akan mau meninggalkan Burma tanpa jaminan seperti itu," katanya, menggunakan nama negara itu dulu.

Pembebasannya merupakan dorongan bagi semua tawanan politik termasuk penerima Nobel perdamaian 2010 Liu Xiaobo dari China.

Menlu Norwegia Jonas Gahr Stoere telah menyambut baik pembebasan Suu Kyi setelah tujuh tahun sebagai tawanan di rumahnya sendiri dan mengatakan ia akan dapat "menikmati semua kebebasan yang merupakan haknya termasuk kebebasan untuk melakukan perjalanan ke manapun ia inginkan dan untuk berbicara pada siapapun yang ia inginkan". (*)

Pemerintah Prancis Mundur, Kabinet Segera Dirombak

WALIKOTA SUNGAI PENUH
Pemerintah Prancis Mundur, Kabinet Segera Dirombak
Paris
Presiden Prancis Nicolas Sarkozy telah menerima pengunduran diri Perdana Menteri Francois Fillon dan kabinetnya Sabtu, meratakan jalan bagi perombakan kabinet yang sudah lama ditunggu.

Pengunduran diri itu merupakan formalitas tradisional, untuk memungkinkan kepala negara memilih menteri baru tanpa harus memecat timnya yang ada, dan sumber-sumber pemerintah mengatakan Fillon diperkirakan akan ditunjuk kembali dengan cepat sebagai perdana menteri.

Lalu, ia akan menyusun tim menteri baru untuk mendapat persetujuan Sarkozy, mungkin secepatnya Senin. Sebagian besar pengamat memperkirakan kabinet kebih kecil, yang ditarik dari partai mayoritas sayap kanan pimpinan Sarkozy, UMP.

Sarkozy pertama memberikan isyarat Maret lalu bahwa ia telah merencanakan untuk memperbarui kabinetnya, dan ada ketegangan politik yang meningkat dalam beberapa bulan belakangan ini ketika para pendukungnya berdesakan untuk mendapatkan tempat menjelang upayanya yang diperkirakan untuk dipilih kembali pada 2012.

Fillon telah mengadakan pertemuan dengan Sarkozy belum lama ini di kantor Istana Elysee dua kali pada Sabtu, menurut seorang wartawan AFP yang melihatnya. Ia pergi sekitar pukul 19.30 (pukul 2.30 WIB Ahad), tak lama sebelum kepresidenan itu mengeluarkan pernyataan.

Pernyatakan itu mengatakan bahwa sesuai dengan pasal 8 konstitusi Prancis, presiden "menerima pengunduran diri itu dan dengan demikian mengakhiri pekerjaan Francois Fillon".

Sebelumnya, bekas perdana menteri dan walikota Bordeaux sekarang ini Alain Juppe dengan diam-diam mengkonfirmasikan bahwa ia diperkirakan akan kembali ke pemerintahan, yang menurut laporan akan memimpin kementerian pertahanan.(*)

Menlu Mesir: AS Minta Waktu Bujuk Israel

WALIKOTA SUNGAI PENUH

Menteri Luar Negeri Mesir Ahmad Aboul Gheit, yang baru saja berkunjung ke Amerika Serikat, mengatakan Washington meminta waktu tambahan untuk membujuk Israel guna menghentikan pembangunan permukiman baru Yahudi di Tepi Barat, Palestina, yang diduduki.

"Sesungguhnya AS meminta tambahan waktu untuk melangkah dan membujuk Israel soal pembekuan pembangunan permukiman," kata Menlu Aboul Gheit dalam wawancara dengan harian Al-Hayat, Kamis (11/11), di Paris dalam perjalanan kembali ke Kairo dari Washington

Namun Aboul Gheit menegaskan bahwa batas waktu yang diberikan dunia Arab kepada AS untuk mendesak Israel soal permukiman itu paling lambat hingga akhir November. Ia merujuk kepada gagasan Arab untuk membawa masalah permukiman ke Dewan Keamanan (DK) PBB.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Kamis lalu meminta DK PBB bertemu guna membahas pembangunan permukiman -- langkah yang ditentang AS.

Pemerintah Israel pada Senin (8/11) menyetujui pembangunan 1.300 unit rumah baru untuk permukiman Yahudi di Jerusalem Timur.

Menlu Aboul Gheit melukiskan persetujuan Israel itu sebagai bom waktu karena dilakukan tiga hari menjelang pertemuan antara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton di New York pada Kamis untuk membahas kelanjutan pembicaraan langsung Timur Tengah.

Pembicaraan langsung antara Israel dan Palestina dimulai lagi pada 2 September di Washington yang diprakarsi AS, yang kini mengalami jalan buntu akibat sengketa permukiman.

Persetujuan Israel itu menimbulkan reaksi kecaman dari berbagai pihak di dunia internasional.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dalam pertemuan di New York dengan PM Netanyahu menyampaikan keprihatinan atas pembangunan permukiman Yahudi tersebut.

Pertemuan Ban dan Netanyahu yang difokuskan pada pembicaraan mengenai kebuntuan proses perdamaian Timur Tengah itu dilakukan hanya beberapa jam setelah Israel menyetujui pembangunan permukiman baru.

Keprihatian senada diutarakan oleh sejumlah negara lain seperti Mesir, Rusia, Turki, dan Jordania.

Namun, PM Netanyahu menolak permintaan internasional bagi pembekuan pembangunan permukiman, dan juga menolak memperpanjang moratorium pembekuan permukiman yang ia terapkan selama 10 bulan yang bearkhir pada akhir September lalu.(*)

Obama: Anak Menteng, Beban Global

WALIKOTA SUNGAI PENUH

Zainal Bintang *)

Obama: Anak Menteng, Beban Global
Presiden Amerika Serikat Barack Obama

Potongan sejarah masa kecil Obama yang pernah empat tahun tinggal di Jakarta (1967 – 1971) nyaris jadi bumerang bagi dirinya. Atas nama romantisme, Barack Hussein Obama Jr. alias Barry yang pernah tinggal di Jakarta dan menuntut ilmu di Sekolah Dasar (SD) Menteng, Jakarta Pusat, ditagih untuk membantu kesulitan Indonesia.

Meskipun di Jakarta dia cuma "numpang" makan bakso, sate dan rambutan selama 20 jam, akan tetapi Barry mau dihadang dengan tumpukan daftar keinginan atas kompleksitas masalah di Indonesia.

Deposito nostalgia yang singkat itu -empat tahun masa kanak-kanak di Indonesia- dipaket sebagai instrumen kapitalisasi tingkat negara. Secara manusiawi sih, mimpi itu sah-sah saja. Yang rada berlebihan, karena romantisme masa kecil Obama ada yang menganggapnya sebagai mantra ampuh menekan Amerika Serikat (AS).

Berbagai kebijakan AS yang merugikan Indonesia, terutama praktik monopoli perusahaan pengelolaan pertambangan di Indonesia, sudah diinventarisasi dalam daftar tukar tambah dosa Negeri Paman Sam itu.

Nyatanya, beban global sebagai pemimpin tertinggi sebuah negara adidaya, tetap keukeh mewarnai sikap Barry selama di Jakarta. Postur kapitalis Amerika yang mengklaim diri sebagai polisi dunia tidak berubah --ya, Amerika tetap Amerika-- meskipun Obama di depan sivitas akademika Universitas Indonesia (UI) Depok menyebut kata: “Pulang kampung nih."

Kunjungan singkat yang dipersingkat (bandingkan di India selama tiga hari dan Seoul dua hari), mengesankan agak kurang pentingnya Indonesia di mata Amerika. Masjid Istiqlal sebagai simbol kebesaran Muslim, dan UI sebagai markas intelektual muda Indonesia masa depan, boleh jadi hanya sebagai perkuatan dinding latar belakang (backdrop) siaran televisi CNN ke seluruh dunia. Ini untuk menggambarkan Obama diterima secara baik oleh rakyat Indonesia, yang diperkuat dengan dekorasi salam, Assalamu Alaikum.

Bhinneka Tunggal Ika

Ironisnya, karena dari si Barry itu pulalah bangsa Indonesia melalui layar kaca televisi yang dipancarkan ke seluruh dunia, diingatkan, akan arti dan makna Bhinneka Tunggal Ika sebagai akar budaya dan filosofi bangsa Indonesia sebagai mahkota pluralisme.

Di mata Amerika nampaknya bukan cuma gangguan Islam radikal, yang disebut teroris, harus diwaspadai. Namun pendegradasian semangat pluralisme juga menjadi perhatian serius. Tidak boleh ada penindasan mayoritas terhadap minoritas. Semuanya sama dan sederajat di hadapan konstitusi. Sesungguhnya itulah makna dan pesan dib alik ucapan: "Sate, bakso, enak yaa..."

Sebagai Presiden, di dalam pikiran dan jiwa Obama, konstitusi negaranya adalah episentrum nasionalisme bangsa yang harus dibela mati-matian. Amerika selalu hadir ketika warganegara memerlukannya.

Lawatan Obama ke beberapa kawasan untuk menegakkan kehormatan Amerika, mengingatkan kegigihan Rambo dalam kampanye pencitraan untuk membangkitkan kembali patriotisme AS yang rontok dalam perang Vietnam. Pesan yang dikirim melalui film layar lebar itu puluhan tahun yang lalu berhasil merehabilitasi defisit jati diri bangsa Amerika di mata dunia.

Ritme retorika Obama yang memukau khalayak, menciptakan sebuah tontonan magis yang setara dengan kualitas seorang teaterawan kelas dunia. Obama memang adalah seorang teaterawan politik di panggung besar berskala global. Kemahiran memainkan tempo pengucapan kata demi kata membuatnya mampu menggugah pendengarnya histeris.

Istana dan kampus UI Depok adalah salah satu panggung kolosal Obama yang menyempurnakan kemampuan akting politiknya yang prima dengan kesadaran lingkungan yang tinggi. Contohnya, ketika berada di Masjid Istiqlal, maka Obama memilih konsep lakon mini kata, akan tetapi sarat makna.

Ancaman China

Didukung bentuk badan yang tinggi semampai, Obama nampak nyantai. Dia berhasil menyembunyikan penderitaan rakyat Amerika, yang nyaris dimangsa mimpi buruk sejak terjadi krisis global 2008, akibat ambruknya perusahaan sekuritas keempat terbesar di Amerika, Lehmans Brother’s.

Nilai mata uang Amerika ambruk, perdagangan dan industri terpuruk, pengangguran merebak. Rakyat Amerika traumatis. Obama harus memutar otak. Rakyat Amerika diancam hantu resesi ekonomi global yang bermula di negaranya sendiri. Upaya penyelamatan ibarat berada pesawat yang sedang oleng itu menjadi beban psikologis dan global bagi Obama. Lawan politiknya, partai Republik terus-terusan mengganggunya. Pada pemilu sela 2 November 2010, Republik yang menang. Obama dan Demokrat terpukul secara politis.

Lantas bagaimana dengan ancaman yang dari luar? Sumbernya adalah geliat sang naga China. Negara itulah musuh nyata Amerika di bidang ekonomi. China memainkan “bom" pelemahan mata uangnya (Yuan) terus merangsek menekan dolar AS dalam arena perang nilai tukar mata uang (war of currency). Negara yang berpenduduk satu miliar lebih, dengan laju pertumbuhan ekonomi yang masif itu menempati tempat kedua sesudah Amerika, sehingga membuat Obama juga kerepotan.

Komplikasi permasalahan tidak membuat Obama menyerah. Obama tidak gentar menghadapi ulah premanisme internasional. Dia menjemput bola, melalui konsolidasi lintas kawasan. Obama memilih panggung internasional sebagai medan laga penyelamatan citra Amerika.

Di awal pemerintahannya bertandang ke Mesir dan Turki, yang dianggap sebagai pusat peradaban Islam. Isu perdamaian dunia dan teror dari Islam radikal menjadi agenda pertamanya untuk merangkul dukungan dunia Islam. Itu adalah harga yang harus dibayar akibat penghancuran Irak, invasi ke Afghanistan dan ancaman kepada Iran. Sepak terjang pendahulu Obama, George W. Bush Jr., itulah yang menciptakan kebencian umat Islam kepada Amerika.

Barack Hussein Obama Jr. bercitra Muslim, bahkan salah satu jajak pendapat di AS sebagian rakyatnya yakin Obama penganut paham Islam. Apalagi, sang ayah kandungnya Obama, yang keturunan Kenya, dan ayah tirinya pernah tinggal di Indonesia, Lolo Sutoro, adalah penganut Islam. Di sinilah Barry mencoba menolong keadaan.

Untuk mengerem perluasan jangkauan sang naga China, Obama mendekati India agar mau membuka pasar untuk produk Amerika dan berinvestasi di AS. Bahkan, AS sebelumnya membuka kerja sama nuklir dengan India, padahal antipati terhadap nuklir Iran.

Obama merangkul Korea Selatan untuk meloloskan impor sapi Amerika. Kebetulan Korea Selatan sedang jengkel dan marah dengan China karena main mata dengan Korea Utara. Obama juga menggandeng Jepang yang sedang konflik dengan China dalam kasus sengketa Pulau Senkaku di wilayah Jepang dan Pulau Diaoyu di kawasan China. Kesediaan negara-negara tersebut bekerja sama bisa mengurangi pelestarian mimpi buruk pengangguran di Amerika.

Di mana Indonesia?

Di tempat yang mana di Indonesia yang jadi bagian diri Obama? Bagi pengeritik Amerika di Indonesia, maka dominasi pengusaha Paman Sam secara tidak adil, atas sejumlah pertambangan di Indonesia, barangkali itu yang dimaksud Obama dengan perkataan: Saya adalah bagian dari Indonesia”. Ini sebenarnya bukan taktik baru.

John Fitzgerald Kennedy saat menjadi Presiden AS di tengah rakyat Berlin Barat, Jerman Barat, pada 26 Juni 1963 mengemukakankan: "Ich bin ein Berliner." (Saya adalah warga Jerman). Kennedy menyatakan hal itu untuk merebut simpati warga Jerman Barat, sekaligus menohok Uni Soviet yang menguasai Berlin Timur, di belahan Jerman Timur. Ia juga membuat bangsa Jerman lupa bahwa negerinya kalah perang dan diluluhlantakan Amerika saat mengakhiri Perang Dunia II.

Adalah nama-nama besar, seperti Freeport, Exxon Mobil, Caltex dan Newmont untuk menyebut beberapa konglomerat Amerika yang beroperasi di Indonesia di bidang komoditas strategis. Itu ibarat duri dalam daging yang tidak pernah bisa diatasi, meskipun Amerika dan Indonesia sudah beberapa kali mengadakan pergantian presiden.

Prestasi Indonesia di mata dunia boleh jadi adalah keberhasilan polisi Indonesia menembak mati sejumlah teroris. Kecekatan itu mendapat pengakuan Amerika dan sekutunya, terutama Australia. Demikian cekatannya, sehingga sejumlah kalangan ada yang menyesalkan, mengapa hampir semua ditembak mati di tempat tanpa diadili.

Ketika Obama memberi pencerahan tentang Bhinneka Tunggal Ika dan juga tentang sate dan nasi goreng, maka kedua ungkapan itu hanya bisa jalan di tempat. Terlebih lagi setelah Obama secara tegas mengatakan, dirinya datang tidak untuk melestarikan romantisme, melainkan mengajak bangsa Indonesia untuk fokus melihat ke masa depan.

Obama sekarang sudah pulang. Kita masih sibuk meraba dan mencari tahu, “Apa sih sesungguhnya makna kedatangan sang tamu agung itu?”

Di atas langit Jakarta yang kelabu pada siang hari Rabu, 10 November 2010, pesawat Air Force One menerbangkan Obama menuju Seoul, Korea Selatan. Obama ibarat melayang di atas Taman Makam Pahlawan Kalibata yang menatapnya dengan penuh tanda tanya. (*)

Warisan Des Alwi untuk Negeri

WALIKOTA SUNGAI PENUH

Aditia Maruli

Warisan Des Alwi untuk Negeri
Wakil Presiden Boediono bersama Ny. Herawati Boediono memanjatkan doa bagi tokoh sejarawan dan tokoh masyarakat Banda Des Alwi Abubakar yang tutup usia di rumah duka Jalan Taman Biduri N1/7, Permata Hijau, Jakarta Selatan, Jumat, (12/11).
Kamera film 16 mm merk Bell+Howell itu sudah lama tak digunakan pemiliknya. Kamera buatan Amerika zaman film hitam-putih itu pensiun seiring lahirnya kamera-kamera generasi baru yang makin bagus.

Kini, Bell+Howell itu tak akan lagi diseka oleh pemiliknya atau sekedar dipandangi untuk bernostalgia. Des Alwi Abubakar, sang pembuat film dokumenter, diplomat, pengusaha, sejarawan dan penulis buku itu pergi untuk selamanya.

Des Alwi, kelahiran Banda Naira, 17 November 1927, tutup usia karena sakit pada 12 November 2010. Dia meninggalkan berbagai karya berharga untuk negeri ini, terutama dokumentasi Indonesia yang baru lahir.

Pemimpin PT. Avisarti Film Corporation itu dengan tekun mencari cuplikan atau merekam sendiri kejadian-kejadian saat Indonesia tertatih-tatih dari kelahirannya.

Dokumentasi terlama yang ada adalah cuplikan film dari tahun 1925. "Mungkin sekitar 40 film dokumenter," kata Malik Zakaria dari bagian arsip Avisarti.

Des, sampai satu bulan sebelum akhir hayatnya, masih datang ke perusahaan itu untuk melihat-lihat koleksinya dan mengedit. "Tak lama setelah itu pak Des operasi jantung."

Kepergian Des juga membuat peringatan Hari Pahlawan, khususnya di Surabaya, teras ada yang "kurang". Des, yang aktif di Yayasan 10 November, biasa berangkat ke Surabaya menjelang 10 November khusus untuk memutar film dokumenter tentang perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan.

Tokoh Kepulauan Banda yang juga pejuang kemerdekaan itu sepanjang hidupnya "men-shoot" berbagai peristiwa politik maupun budaya dan kejadian alam hingga terkumpul 9 kilometer pita seluloid, 4 kilometer di antaranya tentang Bung Karno dan Bung Hatta.

Kedekatan Des dengan para tokoh kemerdekaan tersebut tidak lepas dari masa kecilnya membantu Bung Hatta dan Sutan Syahrir saat mereka dibuang oleh Belanda ke Banda.

Des yang saat itu kelas dua ELS (sekolah dasar berbahasa pengantar Belanda), melihat para tokoh kemerdekaan itu datang dari kapal, dan hingga enam tahun kemudian, dia mengantar surat-surat untuk keduanya.

Des kerap menonton koleksinya lalu membuat rangkaian tersebut menjadi karya dengan tema tertentu, misalnya Perang 10 November di Surabaya, Bandung Lautan Api, perjuangan di Kerawang dan Bekasi.

Pada suatu acara pemutaran beberapa tahun lalu, dia membawa dokumenter hitam-putih. Saat film diputar, tampak seorang laki-laki tua berkaus putih, dengan ramah membagikan belasan dasi kepada sekelompok wartawan. Peristiwanya terjadi di suatu siang akhir Januari 1967 di Istana Merdeka.

Satu persatu para wartawan yang tampak akrab dengan sosok tersebut menerima dasi yang mendadak jadi cindera mata perpisahan.

Beberapa saat sebelumnya, sang pemilik dasi, Bung Karno, menerima surat perintah pengosongan istana, tempat tinggalnya selama 20 tahun terakhir.

Wajah proklamator terekam sedang berusaha menyembunyikan emosi dengan tebaran senyum, saat selesai membaca surat pengusiran.

Dokumentasi itu diambil ketika sang tuan rumah sedang bersiap meninggalkan istana, tempat tinggalnya selama 20 tahun terakhir. "Begitu selesai baca surat, dia bersiap keluar hari itu juga. Lihat, dia bahkan tidak perlu bawa apa-apa," kata Des kala pemutaran tersebut. Dia secara langsung memberikan narasi di film.

Kamera terus mengikuti Bung Karno yang sudah berganti dengan pakaian kebesaran, berada di sedan kenegaraan menuju helikopter yang parkir di Monas.

Perjalanan ke Istana Bogor itu menjadi penerbangan kepresidenan yang terakhir bagi Soekarno. "Begitu sampai ke Istana Bogor, beliau sudah jadi tahanan rumah, Dia tidak boleh lagi ditemui, kami juga dilarang mengambil gambar, jadi tidak ada gambar tentang suasana rumah dan saat-saat terakhirnya," kata Des. Dia tak memberi judul untuk kumpulan cuplikan tersebut.

Di film tersebut penonton dapat menyaksikan sosok Bung Karno saat bercengkrama dengan anak-anak pegawai istana. Dengan semangat, proklamator itu memimpin baris-berbaris atau menyanyi bersama.

Adegan manusiawi lainnya adalah ketika Bung Karno yang sedang "mudah tertawa" dikelilingi wartawan. Kamera dengan jarak "medium close up" terus merekam kerumunan wartawan yang bertanya jawab dengan Sang Pemimpin Besar Revolusi.

Seorang wartawan Radio Hilversum bertanya jawab dalam bahasa Belanda, dan seorang wartawan Indonesia dengan malu-malu berkata 'bisa terjemahkan pak?' yang dijawab Bung Karno "artinya itu... 'go to hell' ha..ha..ha..."

Adegan lain, ketika rokoknya habis, Bung Karno segera merogoh saku baju wartawan di depannya dan dengan santai mengambil sebungkus rokok lalu mencoba rokok putih sang wartawan. "Enak juga rokokmu."

Des juga mendapatkan gambar Bung Hatta yang sempat lupa memyambut uluran tangan Ratu Juliana, saat pengakuan Kedaulatan Indonesia di Den Haag. Kata Des, Bung Hatta mengaku sangat gugup sehingga lupa berjabat tangan.

Penghargaan
Film-film Des hanya tampil pada momen tertentu, yaitu ketika festival, reuni pejuang ataupun ketika Haul Bung Karno. Kecintaan membuat film dimulai ketika Des menjadi atase pers/kebudayaan RI di Bern (1952), kemudian Austria (1956) dan Filipina (1957).

Des juga pernah memproduksi film fiksi yaitu Tanah Gersang (1971) , Cucu (1973) dan 0013 (1974-75) yang cukup sukses di bioskop, tapi film dokumenter tetap "cinta mati"nya.

Dia melanjutkan membuat film "Dokumentasi Ambon Manise" yang meraih penghargaan di Asia Film Festival 1975, "Mimpi Menjadi Gubernur Sehari" (1977) serta "The Green Gold" yang mendapat penghargaan lembaga internasional untuk kelestarian satwa, WWF.

Dalam suatu wawancara beberapa waktu lalu, Des mengaku masih tergerak mengumpulkan film dokumenter tentang Indonesia karena ternyata tidak banyak pihak yang peduli dengan sejarah republik ini.

Satu yang menjadi kebanggaannya adalah dokumentasi yang berhasil dia dapatkan ketika Bung Karno ditangkap tentara Belanda saat perang kemerdekaan. Dia juga mengaku beruntung dapat mendokumentasikan saat-saat pertama Indonesia membangun Timor Timur. Indonesia datang membawa alat-alat berat untuk membuka daerah terisolasi. Timor Timur ketika itu hanya memiliki 7 SD, 3 SMP dan 1 SMA.

Koleksi Des juga sering diaku milik orang lain. Ketika Des memutar filmnya di suatu festival film di Jakarta tahun 2005, dalam sesi tanya jawab seorang yang mengaku associate producer suatu stasiun TV di Australia mengklaim film tersebut milik organisasinya.

"Yang begini sudah sering. Saya tinggal tanya, apa anda punya negatif filmnya? pasti tidak, soalnya negatifnya cuma saya yang pegang, artinya itu memang film saya," balas Des. Si penanya tak menimpali.

Ketika itu, Des juga mengatakan belum percaya pada pihak lain untuk menyimpan gulungan-gulungan film tersebut. Dia punya harapan, ada "anak bangsa" yang mau merawat koleksinya tersebut sebagai bukti sejarah Indonesia.

"Ada orang luar negeri ada yang nawar semua koleksi saya seharga 3 juta Dollar AS, tapi saya tidak mau. Bagaimana perasaan anda kalau sejarah bangsa ini justru ada di luar negeri," kata Des. Pertanyaan yang sudah beberapa tahun itu seolah masih tergiang...

Tokoh Serba Tahu Itu Telah Tiada

WALIKOTA SUNGAI PENUH

James F. Ayal

Tokoh Serba Tahu Itu Telah Tiada
Ambon 
Matahari baru saja menyembulkan wajahnya di balik bukit Kota Ambon, saat kabar duka itu tiba menyeruak relung hati beberapa wartawan di Ambon.

"Om Des Alwi sudah meninggal," ujar Redaktur Biro ANTARA Maluku, Dien Kelilauw, saat menghubungi beberapa rekan wartawan di Ambon yang sudah tergolong senior dan kenal dekat dengan sosok Des Alwi untuk memberitahukan kabar meninggalnya sejarawan itu di usia 83 tahun.

Sejarawan tiga zaman, mulai zaman Orde Lama saat pemerintahan Soekarno, Orde Baru saat pemerintahan Soeharto hingga Reformasi ini, menghadap Sang Khalik pada Jumat subuh di Jakarta. Sebelumnya selama dua minggu dirawat di RS Cinere Jakarta Selatan karena keluhan sesak nafas dan nyeri dada.

"Saya sempat terlibat berdialog dan bercengkerama saat Om Des dirawat di RS Cinere. Sebelum saya datang anak-anaknya mengatakan Om Des jarang bicara dan lebih banyak diam. Saat saya datang barulah Om Des bicara banyak," ujar Dien.

Dien mengaku begitu dekat dengan sosok anak angkat Proklamator Muhammad Hatta itu. Perkenalannya dengan Om Des dimulai saat meliput letusan Gunung Api Banda, Pulau Banda, Kabupaten Maluku Tengah, tahun 1988.

Kala itu Om Des mengerahkan semua prasarana dan kemampuan yang dimilikinya untuk menyelamatkan masyarakat Banda agar tidak menjadi korban letusan Gunung Api.

Ia lahir dengan nama lengkap Des Alwi Abubakar pada 17 November 1927 di Desa Nusantara, Naira sebuah pulau kecil dalam kelompok Banda di Kepulauan Maluku.

Ayahnya bernama Alwi, berasal dari Ternate yang konon masih keturunan Sultan Palembang yang dibuang ke Banda. Sang ibu bernama Halijah Baadilla, anak perempuan dari Said Baadilla, pengusaha mutiara yang pernah terkenal dari Naira.

Sang kakek, Said Baadilla terkenal sebagai pebisnis ulung di Banda. Dengan bendera perusahaan Baadilla Brothers, ia mengembangkan bisnis mutiara Banda dan perkebunan Pala yang terkenal dengan Perk Kele Norwegen di Lonthor dan di Pagar Buton, Banda Besar. Mutiara dan Pala itu diekspor ke berbagai negara di Eropa, hingga ia dikenal sebagai eksportir berpengaruh.

Berkembangnya perusahaan Baadilla Brothers menjulangkan nama Said Baadilla, hingga Pemerintah Hindia Belanda menjulukinya sebagai Raja Mutiara Maluku. Dengan julukan itu, pada tahun 1896 Said Baadilla mendapat kehormatan menjadi tamu istimewa Ratu Emma, istri Wilhelm III di Belanda.



Tokoh Serba Tahu

Kalangan wartawan Maluku maupun insan pers nasional dan luar negeri, sangat mengenal betul pria kelahiran 17 November 1927 di Desa Nusantara, Naira itu.

Desa Nusantara, Naira adalah sebuah pulau kecil dalam kelompok Banda di Kepulauan Maluku. Almarhum Des Alwi semasa hidupnya dianggap sebagai "tokoh serba tahu".

"Silahkan tanya apa saja ke Om Des dan anda pasti puas dengan jawabannya. Dia narasumber tanpa batas," ujar Rudy Fovit, Redaktur Senior SKH Suara Maluku (koran lokal di Ambon) yang mengaku sangat terkejut dan didera rasa kehilangan luar biasa mendengar kabar perginya Om Des.

Makanya tidak heran jika Om Des Alwi kenal dan akrab dengan para tokoh pers nasional seperti Karni Ilyas, Gunawan Mohamad dan Jacob Utama, karena telah berpuluh tahun dia menjadi narasumber media untuk menceritakan kilas balik sejarah yang tersimpan dengan baik dalam "memori" otaknya.

Bagi Rudy, sosok Om Des sangat bersahaja dan tidak "kikir" dalam memberikan informasi apa saja bagi kaum kuli disket. Sebab Om Des adalah tokoh dengan banyak dimensi.

Ia seorang budayawan, sejarahwan, negarawan, diplomat, penulis, fotografer, sutradara, produser film. Ia seorang penyelam, tokoh botani laut, tokoh perkebunan, penguasa pariwisata, pekerja kemanusiaan, tokoh perdamaian, tokoh pluralisme.

Des Alwi juga menjadi tokoh yang mendukung kerja-kerja jurnalistik. Selain membantu memperlancar tugas jurnalistik, ia menjadi narasumber yang sangat terbuka dalam berbagi informasi dan gagasan.

"Salah satu hal penting dari Om Des Alwi adalah ia tidak pernah memberi amplop kepada wartawan yang mewawancarainya. Sekadar minum kopi atau makan siang, pernah ia lakukan, tetapi menyogok wartawan dengan amplop, itu tak pernah dilakukan. Ini sikap yang mendukung kerja jurnalistik profesional," ujar Rudy Fovit.



Hadiah tak terduga

Di mata para wartawan di Maluku, Om Des selain menjadi sumber berita, juga sosok penderma tanpa "embel-embel" apa pun. Ia dengan suka rela dan tanpa sepengetahuan membantu para wartawan yang merupakan teman dekatnya secara diam-diam, jika mereka atau keluarganya mengalami musibah.

Mantan Kepala Biro ANTARA Maluku, Dien Kelilauw mengakui, pernah diberikan kamera foto bermerek Nikon oleh Om Des tahun 1993 lalu, padahal barang mewah itu baru dibeli.

"Waktu itu saya dipanggil Om Des untuk bertemu sekedar bercerita dan menunjukkan kamera yang menurut Om Des baru dibeli seharga Rp30-an juta. Setelah selesai dan saya akan pulang, Ia langsung memberikan kamera itu pada saya. Katanya sebagai wartawan harus punya kamera. Kameranya masih saya simpan sampai sekarang," ujar Dien.

Begitu pun Pemred Tabloid Senator, Achmad Malik Rumra, juga bisa merasakan kemurahan hati Des Alwi yang menyediakan kantornya di Jl. Narada No.36 Tanah Tinggi Jakarta Pusat untuk menjadi kantor reaksi Tabloid Senator, tanpa dibayar sepeser pun.

"Waktu itu saya lagi mencari gedung untuk dijadikan sekretariat redaksi. Kemudian saya bertemu Des Alwi dan ia menawarkan gedung kantornya untuk dijadikan kantor redaksi Senator," ujar Achmad Malik yang mengaku sempat tinggal selama dua tahun di rumah Des Alwi saat pertama kali ke Jakarta.

Ayah dari empat anak Karma Alwi (Alm), Mira Alwi, Tanya Alwi dan Ramon Alwi ini pun juga terkenal suka menolong pata wartawan yang sedang melakukan tugas jurnalistik di Pulau Banda untuk menginap di hotel dan home stay (rumah sewa) miliknya secara gratis atau membayar sekedarnya saja.

Namun, saat ayah tiga anak ini merasa dirugikan oleh pemberitaan media di Ambon beberapa waktu lalu, Om Des tidak serta merta menggunakan cara-cara preman yang banyak ditempuh para pejabat--padahal ia bisa melakukannya--tetapi malah memilih langkah legal dengan mengadu ke Dewan Pers. Dewan Pers memperhatikan keluhannya dan mewajibkan sebuah harian di Ambon menyiarkan rekomendasi Dewan Pers dan hak jawab Des Alwi.

Mantan wartawan Kompas dan Media Indonesia, Kutny Tuhepaly, malah pernah diajak jalan-jalan ke Malaysia dan Singapura tahun 2008 oleh Om Des yang pernah menjabat Atase Kebudayaan RI di Bern, Swiss, Wina, Budapest dan Manila.

"Saat itu saya ikut menyaksikan dan mendengar langsung pertemuan serta pembicaraan Des Alwi dengan mantan PM Singapura Lee Kuan Yew serta PM Malaysia Tun Abdul Razak," katanya.

Hubungan baik antara Des Alwi dengan PM Singapura Lee Kuan Yew dan terlebih dengan PM. Tun Abdul Razak, dimulai saat ia terlibat langsung dalam Operasi Khusus Tim Penyelesaian Konfrontasi antara Indonesia-Malaysia tahun 1965-1975.

Bagi kalangan wartawan maupun pimpinan negara, Om Des dikenal sebagai pelobi ulung dan ia berhasil meredakan konfrontasi Malaysia dengan melakukan pendekatan diplomasi dengan mantan PM Tun Abdul Rahman dan mantan Tun Abdul Razak.

Kemahiran Des alwi berdiplomasi karena banyak belajar dari dr Tjipto Mangunkusumo yang disebutnya sebagai Oom Tjip, Dr Mohammad Hatta yang dipanggilnya sebagai Oom Kaca Mata, Sjahrir sebagai Oom Rir, Mr Iwa Kusumah Sumantri dan beberapa anggota Sjarikat Islam Indonesia lainnya yang pernah dibuang di Banda.

Sepanjang hidupnya Des Alwi mendapatkan penghargaan Bintang Pejuang 45, Bintang Pejuang 50 dan Bintang Mahaputra Pratama 2000, atas jasa-jasanya terhadap bangsa dan negara.



Sejarah dan budaya

Lelaki yang berpendidikan sarjana British Institute of Technology London (1947-1950), pendidikan Pasca Sarjana di Philips NSF Advance School Hilversum Jan-Juli 1950 Hilversum serta Special Antena Penyiaran Rombek ITB dan PT (Pos, Telegraph dan Telepon) 1951 Bandung itu, sering mengingatkan kalangan wartawan maupun generasi muda untuk mencintai sejarah dan budayanya sendiri.

"Jangan pernah melupakan sejarah yang diperoleh dengan tumpahan darah dan nyawa para pejuang bangsa ini, karena dari sanalah sejarah bangsa ini tercipta," ujar Des Alwi dalam beberapa kali kesempatan bertemu dengan wartawan yang sedang melakukan tugas jurnalistik di Banda.

Om Des yang pernah meniti karir sebagai Penterjemah Siaran Teknik dan Bahasa Asing RRI 1950-1951, juga mengingatkan pentingnya melestarikan budaya sebagai bagian jadi diri bangsa, serta gemar melestarikan pesona keindahan alam dan bawah laut Pulau Banda.

Banyak hasil karyanya merekam keindahan alam bawah laut Pulau Banda yang dikenal sebagai surga bawah laut terindah di dunia dengan handycamnya, ditayangkan pada televisi swasta nasional dan asing termasuk oleh saluran TV kabel dan satelit Discovery Channel.

Kecintaannya terhadap keindahan alam bawah laut Pulau Banda, membuatnya setiap waktu meninggalkan berbagai kesibukkannya di Jakarta untuk pulang dan menyelam di Banda.

"Saya hobi menyelam sejak kecil. Tubuh saya yang tambun ini tidak menjadi halangan untuk menyelam dan mengabadikan berbagai keindahan alam bawah laut Pulau Banda yang tidak ditemukan di daerah lain," ujar Des Alwi.

"Keharuman rempah-rempah pulau Banda jugalah yang membuat bangsa ini dijajah. Tetapi sekarang Banda harus kembali `harum` karena keindahan alam bawah lautnya. Saya tidak akan pernah berhenti mempromosikan Banda kemana pun," kata Des Alwi yang juga Direktur Utama PT. Avisarti Film Corporation, Ketua Yayasan Warisan dan Budaya Bunda, Ketua Yayasan 10 Nov`45 1990 dan Wakil Ketua II Departemen Usaha Sea And Island Resort DPP Gahawisri itu.

Karena kegigihannya mempromosikan keindahan bawah laut serta peninggalan sejarah Pulau Banda jugalah yang membuat Unesco menetapkan pulau Banda sebagai salah satu warisan dunia.

Namun, sebelum sempat mewujudkan `ambisinya` menjadikan Banda sebagai Kawasan Otorita seperti Batam tetapi di bidang kebudayaan, bukan perdagangan, ia telah dipanggil pulang meghadap Sang Khalik.

Ia tidak hanya dikenal sebagai pelaku sejarah, tetapi juga sebagai juru potret yang teliti dan pengumpul data sejarah berupa tulisan, hingga film dokumenter yang sering dibajak oleh media massa di Indonesia.

Selamat jalan Om Des, tokoh Banda, tokoh Maluku, tokoh Indonesia dan tokoh dunia. Selamat berbahagia di lautan baka. Di Laut Banda nan fana, nama Om Des selalu dikenang sebagai spesies baru karang raksasa `Acropora des alwi` yang ditemukannya saat melakukan penyelaman bersama peneliti Unesco seusai Gunung Api Banda meletus tahun 1988.

Investasi di Program Transmigrasi Terus Meluas

WALIKOTA SUNGAI PENUH

Budhi Santoso

Jakarta 
Hampir semua lokasi transmigrasi yang baru dibuka berada jauh dari pusat pemerintahan dan pusat ekonomi sehingga sarana pertanian, pasar hasil pertanian, dan kemudahan pemenuhan kebutuhan hidup akan terkendala tanpa dukungan pihak ketiga, yaitu investor.

Oleh karena itu kebijakan transmigrasi sejak Menteri Transmigrasi Martono berusaha menggaet investor perkebunan dengan melahirkan transmigrasi pola PIR atau perkebunan inti rakyat.

Program itu terus berkembang tidak hanya pada sektor perkebunan tetapi juga transmigran pola perikanan dan pola kehutanan pada masa Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan Siswono Yudhohusodo.

Kini, keterlibatan investor dalam menggarap transmigrasi juga sudah lintas-kementerian, ketika Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Kementerian Kehutanan berkongsi mengembangkan program Transmigrasi Hutan Tanaman Rakyat (Trans-HTR) di beberapa Kota Terpadu Mandiri (KTM).

Program itu menggabungkan pembangunan transmigrasi dengan HTR yang dikelola perorangan atau koperasi untuk meningkatkan kualitas hutan produksi, yang membuat setiap keluarga transmigran akan mendapat sekitar delapan ha sampai dengan 15 ha lahan hutan untuk dikelola.

Pada tahap awal, Trans-HTR bakal dilaksanakan di KTM Pauh-Mandiangin, Kabupaten Sarolangun, Jambi, dan KTM Padauloyo Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah. KTM Trans-HTR itu diharapkan dapat menyerap tenaga kerja baru sebanyak 200.000 orang.

Pemerintah tidak hanya menyediakan lahan tetapi juga akan memberikan bekal pelatihan kepada para transmigran. Di KTM Padauloyo, misalnya, pemerintah akan membangun balai latihan kerja (BLK), dan pabrik pengolahan kopra menjadi minyak kelapa.

Kemenakertrans mematok target pembangunan KTM Padauloyo rampung dalam tempo lima tahun. Anggaran yang disiapkan sebesar Rp 60 miliar. Dana ini bersumber dari APBN dan APBD, baik Kabupaten Tojo Una-Una maupun Provinsi Sulwesi Tengah.

Sedangkan investasi swasta di bidang kehutanan, perkebunan, dan perikanan di daerah tersebut diproyeksikan mencapai Rp 150 miliar.

Semua itu menunjukkan akselerasi pembangunan dan ekonomi di transmigrasi tidak akan lepas dari peran investor dari berbagai sektor.


<i>Tiga periode</i>

Dalam sejarahnya, peran investor melalui kemitraan pengembangan usaha perkebunan di kawasan transmigrasi dibagi dalam tiga periode, yaitu periode Inpres Nomor 1 Tahun 1986 hingga tahun 1996 yang menyediakan skim Kredit Lunak Bank Indonesia (KLBI).

Ketika itu ada 53 investor yang melaksanakan program PIR-Trans di 53 kawasan transmigrasi di 10 provinsi (Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng, Sulteng, dan Sulsel) dengan total luas kebun 574.499 ha, terdiri atas luas kebun inti sebanyak 158.136 ha dan kebun plasma seluas 416.363 ha yang dimiliki 210.602 keluarga transmigran.

Periode kedua, Kredit Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA) hingga era reformasi.

Ketika itu, skim Kredit Lunak Bank Indonesia diganti dengan skim Kebun yang berhasil dibangun seluas 14.364 ha yang keseluruhannya merupakan kebun plasma bagi transmigran sebanyak 7.247 keluarga di tiga kawasan transmigrasi di dua provinsi (Kalbar, dan Papua).

Periode ketiga, pascareformasi hingga Desember 2009 tercatat 66 investor yang telah bekerja sama dengan para transmigran meliputi 98.144 keluarga dengan kebun plasma sekitar 290.083 hektare dan kebun inti sekitar 313.639 hektare, yang tersebar di 249 Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) yang masih dibina Kementerian Nakertrans.

Realisasi pembangunan kebun inti seluas 49.668 hektare dan kebun plasma seluas 21.301 hektare, serta jumlah transmigran yang telah menerima pembagian kebun plasma sebanyak 620 keluarga.

Sedangkan pengembangan perkebunan di kawasan transmigrasi mulai periode Inpres Nomor 1/1986 sampai 2010 tercatat seluas 638.481 hektare atau 8,87 persen dari total luas kebun kebun kelapa sawit di Indonesia.

Artinya angka sekitar sembilan persen itu telah memberikan sumbangsih yang besar dalam mendukung Indonesia menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia.


<i>66 investor</i>

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar mengungkapkan, ada sebanyak 66 investor yang berkomitmen mendukung pelaksanaan pembangunan transmigrasi masa mendatang dengan menginvestasikan dananya sebagai modal awal sebesar Rp10,374 triliun.

"Mereka akan mengembangkan komoditas unggulan agribisnis yang sudah dikembangkan di kawasan transmigrasi yaitu kelapa sawit, tebu, karet, jagung, ubi jalar dan hutan tanaman industri," katanya.

Para investor itu terdiri atas delapan perusahaan yang memiliki izin pelaksanaan transmigrasi (IPT), yang telah membuat nota kesepahaman dengan Kemenakertrans ada 14 perusahaan dengan nilai investasi Rp7 triliun.

Ia menjelaskan, investor yang dalam proses penyelesaian IPT sebanyak 16 perusahaan dengan nilai investasi Rp3,4 triliun dan yang telah menandatangani pakta integritas kesediaan untuk berusaha di kawasan transmigrasi ada tiga perusahaan dengan investasi Rp131 miliar.

Untuk investor yang masih melengkapi persyaratan berusaha di kawasan transmigrasi ada sebanyak 25 perusahaan dengan perkiraan investasi Rp239 miliar.

"Selama ini, peran serta investor dalam pembangunan transmigrasi yang paling menonjol adalah melalui kegiatan pengembangan perkebunan dan kegiatan hutan tanaman di kawasan transmigrasi," kata Muhaimin.

Direktur Promosi Investasi dan Kemitraan Kemenakertrans Sugiarto Sumas mengatakan, sebagian besar investor memilih usaha perkebunan dan pabrik kelapa sawit, sementara sisanya untuk komoditas tebu, karet, jagung, ubi jalar dan Hutan Tanaman Rakyat (HTR).

"Tidak hanya investor dalam negeri karena ternyata investor asal Inggris dan Korea Selatan juga sudah melirik potensi lahan transmigrasi," katanya.

Khusus investasi kebun kelapa sawit ia menjelaskan, rata-rata 2.400 dolar per hektare , dan jumlah realisasi areal perkebunan sawit di lokasi transmigrasi yang ada maka investasi yang telah ditanam di kebun kelapa sawit hingga kini mencapai 1,5 M dolar atau setara dengan Rp13,8 triliun.

Ia menjelaskan, sudah teridentifikasi potensi area untuk pembangunan transmigrasi seluas 5.870.642 hektare. Dari total luasan ini yang sudah didukung aspek legal baru seluas 470.642 hektare dengan satuan luas rata-rata dibawah 2.000 hektare.

Menurut dia, peluang investasi di kawasan transmigrasi juga akan memanfaatkan sisa HPL seluas 358.542,53 hektare di 15 provinsi, yang meliputi Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Papua dan Papua Barat.

Kemudian, juga ada peluang investasi di kawasan transmigrasi dalam program Hutan Tanaman Rakyat (HTR) seluas 2.802.832 hektare di delapan provinsi, yang meliputi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur.

Selain itu, investor juga bisa melakukan kerjasama dengan transmigran pola umum yang sudah menempati lokasi mereka yang saat ini tercatat ada 386 Unit Pemukiman Transmigrasi terletak di 26 provinsi mulai dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua.

Dengan banyaknya investor yang mulai tertarik menggarap lahan transmigrasi maka target pemerintah untuk mengirim minimal 10.000 transmigran tiap tahun optimistis akan tercapai.

Apalagi pendaftar transmigrasi tercatat ada 14.470 orang yang tercatat di situs bursa transmigrasi daring.

"Dengan bantuan investor sebagai akselerasi percepatan kesejahteraan maka target pemberangkatan minimal 10.000 kepala keluarga transmigran bisa dikejar," kata Muhaimin Iskandar optimistis.(*)

FFI, Riwayatmu Kini

WALIKOTA SUNGAI PENUH

Ilham Bintang

FFI, Riwayatmu Kini  Berbagai media online pada Jumat (13/11) malam secara serentak merilis berita hasil penilaian Komite Seleksi (KS) Festival Film Indonesia (FFI) 2010, yang isinya hampir seragam pula: "FFI bikin kejutan lagi, film Sang Pencerah (SP) tidak lolos seleksi untuk ikut kompetisi FFI".

SP adalah film karya sutradara Hanung Bramantyo. Film itu mengangkat kisah KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Film ini sempat membetot perhatian bukan hanya khalayak, tetapi juga petinggi di negeri ini. Ditonton belasan menteri, hingga Wakil Presiden (Wapres) Booediono. Wapres mengangkat dua jempol setelah menonton film tersebut.

Peredaran film mencatat data yang cukup meyakinkan. Hingga November 2010, SP satu-satunya film Indonesia yang berhasil mendapatkan jumlah penonton pembeli karcis di atas satu juta orang pada tahun ini. Wajar jika gagalnya film itu lolos seleksi dijadikan kepala berita.

Hanya delapan film

Tahun ini FFI diikuti 54 film cerita. Penilaian peserta dilakukan dalam dua tahap. Tahap I, oleh KS yang ditugasi menetapkan 10 hingga 15 film untuk diajukan kepada Dewan Juri. Selanjutnya, hasil penilaian Dewan Juri akan diumumkan dalam dua tahap pula. Tahap I, Nominasi tanggal 28 November 2010 di Batam. Tahap II, tanggal 6 Desember 2010 di Jakarta.

Berita-berita media on line itu disarikan dari hasil konferensi pers Komite FFI Jumat (13/11) petang di Gedung Film, Jalan MT Haryono, Jakarta.

Kejutan adalah istilah yang sering digunakan media pers sejak lama, setiap kali menyikapi hasil penjurian FFI. Istilah itu digunakan untuk kejadian, misalnya, ada film popular, atau yang mereka nilai bagus, ramai dibicarakan masyarakat. Apalagi, kalau sutradaranya punya reputasi bagus, namun tidak lolos seleksi, nominasi, atau gagal meraih film terbaik. Seperti yang dialami film SP kini yang tidak lolos seleksi FFI 2010.

Kejutan FFI kali ini bukan semata karena SP tidak lolos, tetapi juga pada beberapa hal berikut.

Kejutan pertama, jumlah film yang diloloskan KS, yaitu hanya 8 dari 54 film peserta. Jelas bertentangan dengan aturan yang termaktub dalam Pedoman FFI yang ditetapkan pada tanggal 28 September 2010. Pasal 3 ayat 6 Pedoman itu berbunyi "KS menetapkan sekurang kurangnya 10 (sepuluh) judul film dan sebanyak banyaknya 15 (lima belas) judul.

FFI di era penyelengaraan oleh Dewan Film Nasional, Pedoman FFI disebut "Buku Putih". Masa itu KS bertugas menetapkan "sekitar 15 judul" (antara 11 hingga 19). Dalam praktiknya KS lebih sering memenuhi jumlah maksimal, yaitu 19 judul film. Bisa saja banyak film buruk yang lolos. Namun, KS memberi pengertian, tidak jarang ada unsur kuat dalam film tersebut yang amat sayang kalau ikut terbuang.

Film "Cinta Dibalik Noda" salah satu contohnya. Pada FFI 1984, film itu tidak lolos seleksi. Saat konferensi pers, salah seorang anggota KS "terjaga". Konferensi pers mendadak dihentikan. KS minta waktu untuk musyawarah. Hasilnya, film itu dipungut kembali. Pada pengumuman pemenang FFI 1984 di Yogyakarta, artis pendatang baru Merriam Belinna yang bermain dalam film itu terpilih yang menjadi pemeran utama wanita terbaik.

Ranking

Soal jumlah film yang diloloskan KS FFI 2010, jelas amat mengejutkan, karena itu pelanggaran yang turut diamini oleh Ketua KFFI, Ninik L. Karim. Padahal, Pedoman itu ditandatangani pemberlakuannya oleh Dosen Psikologi Universitas Indonesia (UI) tersebut. “Itulah hasil maksimal KS. Absolut. Tidak bisa diganggu gugat," kata Ninik Jumat malam.

Tidak jelas adakah Ninik L. Karim masih ingat aturan yang mengikat KS soal batas minimum jumlah yang harus dipatuhi. Kalau ingat, tentu menjadi pertanyaan mengapa yang bersangkutan tampak ringan mengamini putusan KS yang melanggar pedoman? Kalau tidak tidak ingat, kasus ini tentu amat memalukan dilakukan oleh Ketua KFFI.

Deddy Mizwar, Ketua Badan Pertimbangan Perfilman Nasional tampaknya mengetahui adanya aturan tersebut. Pernyataannya yang dikutip sejumlah media online mengatakan, putusan KS akan menjadi preseden buruk, sebab bisa saja Dewan Juri sebagai penilai akhir, mengurangi lagi jumlah film dan unsur nominasi. Namun, saya gagal menemukan pernyataannya yang tegas untuk meminta KS mengoreksi pelanggaranya. Padahal, Deddy Mizwar memiliki kewenangan malakukan itu karena dia termasuk anggota pengarah dalam KFFI.

Kejutan kedua, kesalahan fatal juga dilakukan KS dengan mencantumkan pemeringkatan dari nomor satu sampai delapan kepada delapan film yang lolos seleksi. Peringkat seperti itu tidak pernah ada dalam sejarah FFI, bahkan mungkin dalam sejarah festival di mana pun. Pemeringkatan itu mendikte pihak yang lebih berkompeten, dalam hal ini Dewan Juri. Sama saja mereka telah menetapkan pemenang FFI? Padahal, bisa saja terjadi film yang diperingkat nomor satu, malah dibuang juri. Kalau itu terjadi, niscaya akan menimbulkan beban psikologis, dan akan menjadi bahan perdebatan panjang.

Kejutan ketiga, ini lebih fatal lagi. KS terkesan lancang mengurai isi perut film SP. Argumentasi yang dikemukakan, karena film itu salah menggunakan landasan historis. Masya Allah. Inilah contoh perbuatan yang melampaui kapasitas atau kewenangan. Lalu, kalau ceritanya salah, apakah 12 unsur kreatif dalam film tersebut harus memikul kesalahan itu. Ingat cerita "Cinta di Balik Noda" tadi?

Kalau media massa, terutama online, seperti kompak menyebut "kejutan" dalam headline beritanya, maka saya ingin menambahkan kata "memalukan" sehingga menjadi "kejutan memalukan" dalam garis bawah yang tebal. Keresahan generasi muda perfilman Indonesia terhadap penyelenggaraan FFI tempo hari, kini mendapatkan pembenaran dengan praktik memalukan yang dilakukan secara bersama-sama oleh Komite Seleksi dan KFFI.

Dengan pengalaman setahun (FFI 2009) menjadi anggota KFFI, saya nilai pendapat "agar FFI dikembalikan kepada orang film" yang disuarakan anak-anak muda itu tempo hari, banyak benarnya. Sejauh pengalaman, FFI di tangan pemerintah memang bisa dinilai hanya digunakan oleh berbagai pihak untuk kepentingannya masing-masing. Pemerintah maupun pihak swasta. Memang sangat menyakitkan mengenang riwayat FFI kini. (*)

Ilham Bintang (ilhambintangmail@yahoo.co.id
, ilhambintang@cekricek.co.id, twitter: @ilham_bintang) adalah pemerhati perfilman; Sekretaris Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI); dan Pemimpin Redaksi Tabloid "Cek&Ricek" (C&R).

Armina, Antara Kekuatan Spiritual dan Kesehatan

WALIKOTA SUNGAI PENUH

Edy Supriatna Sjafei

Armina, Antara Kekuatan Spiritual dan Kesehatan
Mekkah (ANTARA News) - Diperkirakan fisik para jamaah akan terkuras saat berjalan kaki dari arah Mina menuju jamarat untuk melakukan lontar jumroh aqobah, wustha dan ula.

Jarak dari tenda jamaah terjauh mencapai tujuh kilometer yakni di Mina Jadid. Sedangkan terdekat dilakukan dengan jalan kaki sejauh dua kilometer.

Dalam cabang olahraga atletik, jarak sejauh itu tak terlalu jauh bagi seorang atlet.

Namun untuk kegiatan ritual yang dilakukan dalam tiga hari berturut-turut, dalam suasana haru di bawah terik matahari di kawasan Mina, jangan menganggap ringan.

Seorang atlet atau orang muda -- bisa saja sesumbar dan berkomentar bahwa berjalan kaki sejauh itu adalah hal ringan. Tetapi untuk dirinya sendiri tatkala ikut dalam kegiatan ritual ini belumlah tentu memiliki kemampuan, mengingat kegiatan ritual ini bukan seperti matematik.

Pasalnya, medan kegiatan ritual di Armina (Arafah, Muzdalifah dan Mina) tidak sama dengan arena olahraga seperti halnya kawasan Gelora Senayan. Haji adalah Arafah, yang bermakna bahwa kegiatan puncak haji wajib hukumnya berwukuf di kawasan itu.

Karena itu, modal fisiknya saja belumlah tentu dapat dijadikan parameter bahwa seseorang mampu melaksanakan ibadah haji dengan sempurna. Memang, haji adalah kegiatan napak tilas perjuangan Rasulullah, Nabi Muhammad SAW dalam menegakkan keesaan Allah yang didalamnya terkait dengan persyaratan fisik dalam berhaji. Tetapi modal itu saja tentu tak cukup.

Sebab, bisa saja hal lain dapat terjadi, seperti tak mampu mengendalian emosional dan menahan hal-hal yang menjadi larangan. Terlebih, jika mengingat, ketika melaksanakan itu semua, jemaah haji mengenakan kain ihram yang tentu di dalamnya terikat dengan larangan-larangan di dalamnya, seperti berucap dosa, bertengkar dan masih banyak lagi larangan lainnya.

Untuk itu, selain menyangkut persiapan fisik dan mental, para jamaah calon haji juga perlu dibekali pengetahuan jelang pelaksanaan wukuf di arafah, mabit di Muzdalifah, dan Mina (Armina).

Jauh sebelum seseorang berangkat haji, mereka telah diberi pembekalan memadai. Pengetahuan manasik di tanah air sering terdengar di berbagai rumah ibadah: surau, langgar atau masjid. Bahkan ada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) gencar menyelenggarakan kegiatan itu sambil mempromosikan nama organisasinya.

Tetapi, semua itu, belumlah cukup. Untuk itu Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi kerap mengeluarkan imbauan.

Jemaah diminta menjaga kesehatan agar tetap prima pada saat puncak haji, yaitu wukuf di Arafah dan kegiatan lanjutan di Muzdalifa, Mina. Termasuk melempar jumroh dan mengikuti ritual berikutnya seperti thawaf dan sa`i di Masjidil Haram.

Gunakan masker
Terkait dengan persiapan wukuf, yang jatuh pada hari Senin (15/11), dari sisi kesehatan telah ditegaskan bahwa calon haji (calhaj) diminta menggunakan masker dan menjaga kebersihan.

Hal ini sangat penting, karena untuk musim haji 1431 H/2010 M, PPIH memiliki catatan yang terkait dengan bidang kesehatan dan perlu menjadi perhatian semua pihak.

Catatan itu, yaitu perlunya melakukan tindakan antisipasi menularnya wabah penyakit yang diidap dua orang calhaj asal Eropa dan Asia Selatan yang positif terpapar Flu A H1N1.

"Kami meminta jamaah haji bermasker untuk mencegah tertularnya dengan cepat virus flu babai," kata Wakil Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bidang Kesehatan Chairul Radjab Nasution di sela acara Malam Taaruf Petugas Haji Indonesia Bersama Amirul Haj di Mekkah Jumat (13/11) malam.

Sebelumnya pada Selasa (9/11) Kementerian Haji Arab Saudi memberitakan seorang perempuan asal Eopa, 26 th, dan seorang wanita lainnya, 56th, asal Asia Selatan positif terkena flu A H1N1. Seorang yang lain, pria asal Afrika, 41th terkena kolera. Kedua pasien flu burung saat ini dirawat di rumah sakit. Sementara satu yang lain sudah dapat keluar dari rumah sakit.

Kementerian kesehatan Arab Saudi mengklaim dua kasus penyakit menular tersebut merupakan yang pertama dalam sejarah pelaksanaan haji di Arab Saudi.

Seperti dilansir Arabnews, kedua pasien jamaah haji yang dirawat di rumah sakit, dalam kondisi yang stabil.

"Para perempuan terdeteksi mengidap flu A H1N1 sebelum mereka berangkat dari Inggris," ujar Juru bicara kementerian Kesehatan Khalid Al-Mirghalani.

Ia menambahkan akan melakukan serangkaian uji tes kepada para pasien flu burung dan kolera.

"Khusus pasien kolera kami akan menanyakan dengan siapa saja pasien itu sudah mengalami kontak," kata dia.

Namun begitu Khalid Al-Mirghalani meminta agar seluruh jamaah haji dan masyarakat agar tetap tenang karena situasi kesehatan dalam kondisi baik dan terkendali.

Serangkaian tes lengkap tentunya juga akan diberikan oleh para medis kepada pasien flu babi tersebut. Kendati belum mendapat laporan resmi dari Kementerian Kesehatan Arab Saudi, Chairul Radjab mengatakan prosedur tetap tetap harus dilaksanakan.

Jangan berlebihan
Masih terkait dengan kesiapan Armina, PPIH memandang bahwa banyak calhaj belum paham bagaimana seharusnya ketika berada di Arafah. Salah satunya tentang membawa peralatan bagi kebutuhan selama di Armina.

Beranjak dari pengalaman sebelumnya, banyak Calhaj membawa koper dan peralatan lain. Seharusnya, secukupnya saja, kata Kasatgas Mina, Subakin Abdul Mutholib.

Sebab, jika para jamaah membawa barang-barang secara berlebih dikhawatirkan akan merepotkan yang bersangkutan. Sebab, membawa badan saja sudah letih, ditambah lagi dengan membawa koper atau tas besar.

"Maka, saran saya bawa barang secukupnya," kata Subakin lugas.

Agar calhaj tenang dan dapat berkonsentrasi dalam menjalankan ritual haji, selain disarankan membawa barang secukupnya, para calhaj juga diharuskan untuk meninggalkan barang-barang berharga di pemondokan dan disimpan di tempat yang aman.

"Di lokasi tenda Armina bisa jadi kurang aman bagi para jamaah untuk membawa barang berharga seperti perhiasan dan uang," katanya.

Untuk musim haji 1341 H ini, jarak antara Kantor Misi Haji Indonesia di Mina dengan jamarat sekira 2 kilometer. Sementara jarak tenda jamaah terjauh di Mina Jadid menuju jamarat sekira 7 kilometer. Mina Jadid merupakan perluasan dari Mina yang karena faktor alam tidak bisa menampung semua jamaah. Di Mina Jadid ada 10 maktab Indonesia.

Bagi calhaj Indonesia, diimbau juga tidak merokok saat melaksanakan proses ritual haji. Sebab, banyak papan pengumuman di Armina yang meminta kepada jamaah tidak merokok.

"Memang itu imbauan dari pemerintah Saudi. Saya harapkan jamaah juga mematuhinya," kata Subakin.

Utamakan kesehatan
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan, Wan Alkadri, di Makkah, Sabtu, mengatakan, hendaknya jemaah memperhatikan kesehatan. Sebab, jamaah akan berada di Armina selama dua hari satu malam. Ini cukup berat, terutama bagi calhaj beresiko tinggi. Selama wukuf, jamaah diharap tidak melakukan banyak aktivitas yang tak perlu.

Untuk mencegah penularan penyakit selama di Armina, ia menyarankan jamaah mengenakan masker lembab. "Masker memiliki pori-pori dalam ukuran tertentu. Kalau lembab, partikel dari udara akan mengumpal di masker, sehingga mencegah bakteri dan kuman masuk," ujar Alkadri.

Ia mencatat ada 35 persen jamaah yang berisiko tinggi karena usia tua dan sakit bawaan, seperti hipertensi dan diabetes. Penyakit berat yang dialami jamaah Indonesia adalah penyakit infeksi, kelainan jantung, hipertensi ekstrem, asma serangan berulang-ulang, dan patah tulang. Yang umum dialami jamaah adalah demam, batuk, dan gangguan pernapasan.

Alkadri berpesan agar jamaah tidur cukup, jangan ditahan jika ingin buang air, makan sesuai waktu, dan menjaga kebersihan. Karena kelembababan udra bervariasi, jamaah disarankan setiap satu jam minum air satu gelas. "Kelembaban udara yang rendah membuat tubuh kita mengalami penguapan lebih cepat, sehingga kita kurang cairan," ujar Alkadri.

Dari sekitar 200 ribu jamaah yang sudah memeriksakan diri selama di Tanah Suci, 30 persennya datang disertai dengan batuk. Dari pemeriksaan ini, ditemukan satu kasus pneumonia. Jamaah mengalami gangguan paru-paru dan demam. Kemudian diketahui, yang bersangkutan terkena H1N1.

"Jamaah itu berangkat dari embarkasi Surabaya tanggal 26 Oktober, diketahui terkena H1N1 pada 9 November," ujar Alkadri.

Masa inkubasi virus ini hanya seminggu, sehingga dimungkinkan terinfeksi di Tanah Suci. Pasien itu telah dirawat di rumah sakit Arab Saudi.

H1N1 tidak sebahaya H5N1. Probabilitasnya lebih rendah, ujar dia. Karenanya, Alkadri berharap, jamaah tak perlu khawatir dengan adanya kasus ini.

Orang-orang yang pernah kontak lansgung dengan jamaah ini juga telah diperiksa, untuk dideteksi ada tidaknya penularan. "Kami sediakan tamiflu," ujar Alkadri. Kasus H1N1 ini juga menimpa dua jamaah dari luar negeri, yaitu dari Inggris dan India.

Tim kesehatan menyiapkan ambulans bagi 30 pasien dalam posisi berbaring untuk safari wukuf. Satu ambulans akan dikawal satu dokter dan satu paramedis. Diperkirakan sebanyak 140 hingga 150 jamaah haji yang kesehatannya terganggu dan dirawat di rumah sakit di Mekkah akan ikut safari wukuf pada puncak haji musim haji 1431 H/2010 M.

Angka tersebut masih fluktuatif karena bisa saja bertambah atau berkurang mengingat kondisi jamaah saat ini, kata Penghubung Intansi Kesehatan Daerah Kerja (Daker) Mekkah, dr. Ramon Andreas di Mekkah, Sabtu.

Sementara itu, semua jamaah haji yang meninggal sebelum Arafah akan dibadalhajikan, yang hingga hari ke-33 penyelenggaraan haji mencapai 97 orang. Termasuk sejumlah pasien yang kini dirawat di sejumlah rumah sakit setempat (Arab Saudi dan BPHI) yang menggunakan alat bantu, sekitar 10 orang akan ikut dibadalhajikan. (*)

Mereka Mulai Sadar Bahaya Erupsi Merapi

WALIKOTA SUNGAI PENUH

Bambang Dwi Marwoto

Mereka Mulai Sadar Bahaya Erupsi Merapi
Boyolali 
Suara gemuruh dari puncak Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, sering terdengar dan hal itu sudah terbiasa dirasakan oleh warga lereng gunung itu.

Merapi termasuk salah satu gunung yang teraktif di dunia dan terletak di empat kabupaten, yakni Boyolali, Magelang, Klaten, di Provinsi Jateng, dan Sleman, DI Yogyakarta.

Jika Gunung Merapi terjadi erupsi, maka empat wilayah kabupaten tersebut yang langsung terkena dampaknya. Padahal di lereng gunung itu, terdapat ratusan ribu jiwa penduduk yang terancam keselamatannya.

Warga Kabupaten Boyolali misalnya yang masuk wilayah rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi di antaranya, Desa Tlogolele, Klakah, Jrakah, Kecamatan Selo, dan Desa Cluntang, Sangup di Musuk.

Karena, warga di sejumlah desa tersebut sudah sering mendengar dan melihat aktivitas Merapi setiap hari, maka mereka sudah terbiasa. Bahkan, warga sekitar lereng Merapi menyatu dengan lingkungan alam itu.

Selain itu, warga juga memiliki kearifan yang kental melekat sebagai kepercayaan mereka, sehingga mereka juga tahu jika Merapi akan murka dengan tanda-tanda keanehan alam tidak seperti biasanya.

Meski demikian, pemerintah melalui Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, secara khusus memantau perkembangan gunung itu. Bahkan, lembaga itu juga menempatkan pos-pos pengamatan di setiap kabupaten di lereng Gunung Merapi, dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan melalu data alat elektronik seismograf.

BPPTK inilah yang akan melaporkan status Gunung Merapi itu, dari aktif normal meningkat menjadi waspada, kemudian siaga. Status tertinggi awas, maka warga yang di lereng gunung diminta untuk mengungsi, karena Merapi dalam kondisi bahaya.

Menurut petugas di Pos Pengamatan Gunung Merapi Desa Jrakah, Selo, Boyolali, Tri Mujianto, BPPTK memberikan surat pemberitahuan status itu, ke kepada pemerintah daerah setempat. Pemkab akan menindaklanjuti kepada warganya yang terancam erupsi Gunung Merapi.

"Kondisi awas ini, jika terjadi erupsi pos Jrakah akan membunyikan sirine tanda bahaya. Warga secepat mungkin untuk menyelamatkan diri ke tempat yang aman," kata Tri.

Namun, kata Tri, kalau sudah status awas, warga yang masuk kawasan rawan bencana seperti Desa Tlogolele, Klakah, dan Jrakah di Selo, harus sudah meningglkan kampung untuk mengungsi.

Menurut Tri, Merapi terjadi erupsi sangat besar, pada tanggal 26 Oktober 2010 dini hari, membuat dirinya meninggalkan Pos Jrakah bersama warga lainnya untuk menyelamatkan diri ke arah Merbabu.

Kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Boyolali, Sumantri, sejak status Merapi dinyatakan siaga oleh BPPTK, pemkab melalui pemerintah Kecamatan dan desa terus gencar melakuakn sosialisasi terhadap warga sekitar.

Selain itu, Pemkab juga telah melakukan persiapan penanganan bencana Merapi seperti sosialisasi, menyediakan posko pengungsian, logistik, obat-obatan, alat dapur umum, jalan dan tanda evakuasi untuk memudahkan warga saat Bencana terjadi.

Begitu juga, sejumlah relawan dari berbagai elemen masyarakat, TNI, Kepolisian, SAR, dan satuan kerja pemkab Boyolali.

Komandan Distrik Militer 0724 Boyolali, Soekoso Wahyudi, juga sebagai koordinator lapangan penanganan bencana menjelaskan, pihaknya telah mempersiapkan tempat pengungsian sementara di setiap desa yang masuk KRB.

Selain itu, kata Dandim, tempat pengungsian akhir, juga telah disiapkan di Lapangan Desa Samiran, Kecamatan Selo, seperti barak pengungsian, alat transportasi evakuasi, alat dapur umum, logistik, obat-obatan, dan ratusuan personel baik dari relawan, SAR, Kepolisian, dan Kesbanglimas.

"Jika Merapi terus meningkat kondisi, pihaknya bergerak mengevakuasi warga," katanya.

Namun, ribuan warga di lereng Merapi yang masuk KRB, saat terjadi erupsi tahun ini, banyak yang panik dan ketakutan berlarian untuk menyelamatkan diri.

Padahal, Merapi terjadi erupsi tahun 2006, pemkab berusaha melakukan pendekatan kepada warga lereng gunung untuk mengungsi justru tidak digubris. Warga percaya erupsi tidak akan mengenai desanya, sehingga mereka tetap bertahan tinggal di rumah masing-masing.

Bupati Boyolali Seno Samodro mengatakan, warga di lereng Gunung Merapi, di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, mulai menyadari tentang bahaya yang ditimbulkan akibat letusan Gunung Merapi.

"Jumlah warga yang mengungsi di Boyolali, akibat bencana Merapi di luar perkiraannya," kata Bupati.

Menurut Bupati, ada belasan ribu pengungsi di antaranya, sekitar 8.000 jiwa menempati di TPA Samiran akibat bencana Merapi.

"Saya kaget jumlah pengungsi sebanyak itu. Namun, saya menyambut gembira warga sudah mulai sadar mau mengungsi demi keselamatan jiwanya. Tahun-tahun sebelumnya mereka sulit untuk mengungsi," kata Bupati.

Menurut ingatan Bupati, hal tersebut merupakan yang pertama kali dalam sejarah, warga mau sukarela untuk mengungsi.

Selain itu, pihaknya juga mengapresiasi positif pemberitaan media massa dalam memberikan penyadaran ancaman bencana bagi keselamatan jiwa mereka.

Menurut Bupati, penanganan pengungsi tersebut sangat penting, terutama masalah logistik tidak boleh kurang, kondisi kesehatan, dan masalah pendidikan bagi anak-anak di pengungsian.

"Kami telah melibatkan 25 satuan kerja di lingkungan pemkab untuk turun ke lapangan membantu warga di pengungsian," kata Bupati.

Bupati menjelaskan, meski sempat terjadi kendala kurang meratanya pendistribusian logistik, tetapi hal itu, hanya soal teknis lapangan.

"Kami meminta agar seluruh Satker untuk terlibat sesuai dengan Tupoksinya," kata Bupati.

Namun, Bupati berharap warga tetap bersabar dan tetap bertahan di pengungsian, karena untuk menangani ribuan pengungsi pasti ada kekurangannya.

Kewalahan

Pemerintah Kabupaten Boyolali, mulai kewalahan menampung para pengungsi yang jumlahnya terus bertambah dan mencapai puluhan ribu jiwa akibat bencana letusan Gunung Merapi.

Menurut Wakil Bupati Boyolali Agus Purmanto, jumlah pengungsi bencana Merapi di Boyolali tidak terduga mencapai sekitar 60 ribu jiwa, sehingga kehabisan tempat untuk penampungan.

Menurut dia, para pengungsi selain ditempatkan di gedung-gedung pemerintahan, GOR, rumah warga, juga menempati gedung-gedung sekolah di Boyolali.

Akibat tersebut menyebabkan aktivitas kegiatan belajar mengajar untuk siswa SD diliburkan, karena sekolahannya digunakan untuk menampung para pengungsi.

Namun, kata Agus, untuk tingkat SMP dan SMA masih berjalan seperti biasa.

Pengungsi yang menempati di gedung SMP dan SMA hanya menggunakan ruang laboratorium dan aula sehingga tidak menggangu kegiatan belajar mengajar siswa.

Kendati demikian, Wabup sudah meminta Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Boyolali segera menyiasati agar aktivitas belajar mengajar siswa SD dapat dijalankan.

"Kami sudah minta agar siswa SD dibuat kelompok-kelompok belajar masing-masing sekolah. Guru mendatangi setiap kelompok itu, meski kondisi darurat di pengungsian," kata Wabup.

Menurut Wabup, hal tersebut terpaksa dilakukan, karena kondisi tanggap darurat belum dapat dipastikan kapan akan berakhir.

Pihaknya belum dapat memindahkan lokasi penampungan ke lain tempat, karena gedung-gedung yang kosong, semuanya sudah dipenuhi para pengungsi.

Menurut Wabup, jumlah pengungsi yang menempati gedung sekolah di Boyolali hingga saat ini, mencapai 16.140 orang tersebar di 23 sekolah.

Sementara Ketua DPRD Boyolali, Slamet Paryanto menjelaskan, pihaknya sudah melakukan rapat pimpinan termasuk merekomendasikan kegiatan belajar mengajar sekolah segera dijalankan meski kondisinya darurat.

Pemkab tetap menangani para pengungsi dengan baik, tetapi proses pembelajaran tetap berjalan normal.

Paryanto menjelaskan, pihaknya juga akan mengosongkan gedung DPRD di lantai dua dari pengungsi untuk kegiatan pembahasan kerja legislatif-eksekutif, sedangkan lantai bawah tetap untuk menampung pengungsi.(*)

Membaca Indonesia dari "Kacamata" Obama

WALIKOTA SUNGAI PENUH

Jafar M. Sidik

Membaca Indonesia dari Kacamata Obama
Presiden AS Barack Obama dengan Ibu Negara AS Michelle Obama melakukan tur keliling Masjid Istiqlal dengan ditemani Imam Besar Masjid Ali Mustafa Yaqub (kiri) di Jakarta, Rabu (10/11). 

Dari bahasa tubuhnya, Presiden Amerika Serikat Barack Obama agaknya memiliki ikatan emosional yang lebih kuat ke Indonesia ketimbang negara-negara lain yang pernah dikunjunginya.

"Indonesia bagian dari diri saya," katanya di Universitas Indonesia, Depok, Rabu.

Bukan hanya karena dia mempunyai keluarga asal Indonesia dan pernah tinggal di Jakarta, tapi juga karena dia mungkin melihat Indonesia memang penting bagi AS.

Sejak menjejakkan kaki di Halim Perdanakusumah, memeluk hangat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sampai kuliah umum di UI, gerak tubuh Obama mengisyaratkan dia nyaman berada di Indonesia.

"Pulang kampung nih," katanya, mengisyaratkan Indonesia dipandangnya lebih dari sekedar negara yang dikunjunginya.

Kedekatannya dengan negeri ini dia gambarkan lewat cerita Jakarta tempo dulu kepada ribuan orang yang diantaranya 2.000 mahasiswa yang lahir jauh setelah 1960an di mana dia pernah tinggal di Jakarta.

Dia bandingkan itu dengan kondisi sekarang untuk menegaskan bahwa Indonesia telah jauh berkembang dan masuk elite ekonomi dunia sehingga AS tidak boleh mengabaikannya.

Para pakar AS sendiri mengingatkan bahwa Indonesia adalah pemain kunci di Asia Tenggara. Kantor berita Reuters bahkan menyebut AS kini meyakini Indonesia sekelas anggota blok ekonomi baru dunia yang terus meningkat pengaruhnya; BRIC (Brazil, Rusia, India dan China).

AS juga melihat Indonesia sebagai pelita demokrasi Asia Tenggara, apalagi bagian terbesar kawasan ini cenderung berpemerintahan otoriter.

"Kami melihat Indonesia sebagai persimpangan banyak kepentingan kunci Amerika dan kami melihat ini sebagai kemitraan amat penting demi masa depan kepentingan Amerika di Asia dan dunia," kata Deputi Penasihat Keamanan AS Ben Rhodes.

Obama sendiri menyatakan, AS berkepentingan menjamin pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Oleh karena itu dia melihat pentingnya membangun kemitraan di banyak bidang (kemitraan komprehensif) dengan Indonesia.

Di antara yang disebut Obama adalah energi ramah lingkungan (green energy), satu tema baru yang tak pernah ditawarkan para presiden Amerika sebelumnya.

"Amerika mendukung kepemimpinan kuat negeri Anda dalam upaya global memerangi perubahan iklim," kata Obama menekankan sasaran ideal dari energi ramah lingkungan itu.

Ketika hutan-hutan Indonesia rusak oleh eksploitasi bisnis, tawaran Obama ini adalah lampu hijau agar Indonesia kian aktif lagi menyelamatkan ekosistemnya.

Obama juga melihat Indonesia sebagai mitra dagang penting. "Kami ingin menjadi (mitra dagang) nomor satu (bagi Indonesia)," katanya dalam jumpa pers bersama Yudhoyono, Selasa, setelah Presiden RI ini mengungkapkan bahwa AS adalah pasar ketiga terbesar Indonesia.

Namun, Obama meminta Indonesia mendorong terciptanya iklim usaha transparan, akuntabel dan bebas korupsi. "Pembangunan adalah tentang bagaimana gagasan yang baik tak dicekik oleh korupsi," katanya.

Bagi Obama, mengutip Joshua Kurlantzick dari Council on Foreign Relations, tantangan pemerintahan Yudhoyono adalah mengambil langkah lebih kuat lagi dalam menangani soal-soal yang menjadi perhatian Washington, seperti memerangi korupsi dan menciptakan iklim investasi yang sehat.

Untuk dunia
Obama tak hanya ke Jakarta untuk merekatkan hubungan dengan Indonesia, tapi juga menyampaikan pesan-pesan penting kepada dunia, terutama dunia Islam dan juga China.

Di kampus UI, Presiden Obama mengajak dunia membangun demokrasi dan memahami kemajemukan, seperti Indonesia menegakkan dua fondasi kehidupan madani ini. Dia bahkan menunjuk semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" sebagai referensi penting bagi dunia.

"Ini adalah fondasi dari teladan Indonesia untuk dunia, dan ini adalah alasan mengapa Indonesia akan berperan penting di abad 21," katanya.

Obama mungkin tak memahami semboyan itu dari buku atau referensi. Dia mungkin mendapatkan pemahaman ini semasa bersekolah di Indonesia dulu, atau mungkin dari pengalaman bersosialisasi semasa kecil di Indonesia dan ibunya yang selalu mengajarinya tentang multikulturalisme.

Yang pasti kefasihan seperti itu lahir karena dia jauh lebih mengenal Indonesia ketimbang kebanyakan elite politik AS lainnya.

Sementara itu di Mesjid Istiqlal, mesti tak berpidato semenit pun, gambaran Obama masuk mesjid dengan mengapit imam Mesjid Istiqlal, bersama istrinya Michelle yang berkerudung, adalah pesan kuat untuk dunia, khususnya dunia Islam, bahwa Obama dan Amerika tak bermasalah dengan Islam.

"Amerika tidak sedang dan tidak akan pernah, berperang dengan Islam," katanya kemudian di UI.

Obama tahu musuh-musuh politiknya akan mempolitisir warna keyakinannya karena memasuki Istiqlal, mengucapkan assalamualaikum, dan membiarkan istrinya berkerudung.

Tapi Obama menghadapi risiko itu karena tahu bangsanya tak gampang dididihkan oleh sentimen semacam itu.

Buktinya, sekalipun pada pemilu sela pekan lalu partai Demokrat kalah dari Republik, alasan utama dari kekalahan itu bukan karena Obama berpeci atau masuk mesjid.

Kekalahan Demokrat di DPR terjadi setelah pemilihnya menyeberang ke Republik karena kecewa pada manajemen ekonomi pemerintahan Obama, tulis Washington Post (3/11).

Penting Juga
Sejumlah kalangan menilai kunjungan singkat Obama ke Indonesia menunjukkan AS tak menganggap penting Indonesia. Namun jika mengikuti pidato Obama di UI, klaim itu agak kurang tepat karena Obama malah melihat Indonesia sestrategis sekutunya yang lain.

Boleh jadi Obama merasa AS tak bermasalah dengan Indonesia sehingga tak perlu berlama-lama "meyakinkan" atau "membujuk" Indonesia demi kesepakatan-kesepakatan bilateral yang diharapkan hadir kemudian.

Obama tak merasa Indonesia "merampas" kesempatan kerja pekerja-pekerja IT seperti dikeluhkan AS kepada India. Obama tak melihat Indonesia merusak keseimbangan neraca perdagangannya seperti dirasakan AS dari China.

Obama juga tak memandang pasar ekonomi Indonesia sesulit Korea Selatan yang meski diikat perjanjian perdagangan bebas, tetap sukar ditembus produk Amerika.

Lagi pula, berkat investasi budaya bertahun-tahun, AS bisa mengandalkan "sahabat-sahabat Amerika" untuk tetap menjaga pandangan bahwa Amerika tetap penting bagi Indonesia.

Para sahabat Amerika ini terdiri dari elite yang bisa saja wartawan, politisi, intelektual kampus, teknokrat, pengusaha, birokrat, aktivis atau bahkan seniman.

Dengan sahabat-sahabat sevital itu, Obama mungkin tak punya alasan untuk mencemaskan Indonesia berpaling dari AS.

Namun, dengan terbang ke Seoul tanpa menyinggahi Australia, itu menunjukkan Indonesia sebenarnya dianggap lebih penting ketimbang Australia yang justru sekutu tradisional AS yang hampir selalu menjadi tujuan lawatan para presiden AS.

Para pakar strategis sendiri menganggap AS mesti merengkuh Indonesia dalam rangka menandingi pengaruh China yang akhir-akhir ini membuat cemas negara-negara di Asia Tenggara.

Tak heran, mengutip Reuters, kunjungan Obama ke Jakarta juga dicermati serius oleh negara-negara Asia Tenggara lainnya, yaitu apakah pertemuan itu memunculkan komitmen AS untuk mengimbangi pengaruh Beijing di kawasan ini. (*)
WALIKOTA SUNGAI PENUH

 Gusti Nc Aryani

Michelle Obama Menenggang Rasa Melalui Busana
Ibu Negara AS Michelle Obama.
 
Michelle Obama mencuri perhatian publik Indonesia sejak menuruni tangga pesawat bergandengan tangan dengan sang suami, Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

Keputusannya untuk memadukan sebuah dres lengan panjang beraksen lipit di bagian perut warna merah marun dengan sebuah celana palazzo hitam ketika pertama kali mendarat di Indonesia menunjukkan pemahaman dan penghormatannya kepada budaya Indonesia.

Di negaranya, Michelle mungkin tak akan memadankan dres berleher tinggi itu dengan celana panjang. Namun untuk memberikan kesan pertama yang sopan di negeri berpenduduk mayoritas Muslim, ia menambahkan celana panjang hitam.

Terlepas dari cuaca dingin karena hujan yang baru turun di Bandara Udara Halim Pernadakusuma ketika pasangan itu tiba, pilihan busana ibu dua anak itu dipuji oleh sejumlah kalangan.

Sekalipun tidak nampak mewah dan jauh dari ciri khasnya yang dikenal suka memilih warna-warna cerah untuk gaunnya, Michelle tampak elegan dalam kesederhanaannya. Perhiasan yang menghiasi tubuhnya hanyalah sepasang giwang.

Pesonanya terbukti membuat seorang pejabat Indonesia yang dikenal publik tidak pernah berjabat tangan dengan wanita yang bukan muhrimnya tak kuasa menolak uluran tangannya.

Di saat suaminya sibuk membahas mengenai perjanjian kemitraan komprehensif Indonesia-Amerika Serikat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sarjana hukum itu menjalankan perannya sebagai Ibu Negara AS.

Dia mengisi waktunya bersama Ibu Ani Yudhoyono dan sejumlah istri Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II mengenal lebih jauh sejumlah karya seni dan budaya Indonesia.

Wanita yang dilahirkan di Illinois, AS, 46 tahun lalu itu tampak antusias mendengarkan penjelasan Ibu Ani dan sejumlah istri menteri mengenai Indonesia saat menyusuri sedikitnya 10 anjungan daerah dan duduk membatik bersama Ibu Ani.

Baru mengenal teknik membatik tidak lebih dari lima menit, pengacara itu sudah penasaran ingin menyelesaikan karya batik pertamanya.

"Saya ingin menyelesaikan punya saya," kata Michelle ketika diminta menunjukkan karya batiknya kepada para wartawan yang mengikutinya.

Dengan dipandu oleh Ibu Ari dari Museum Tekstil Indonesia, wanita bernama lengkap Michelle LaVaughn Robinson itu mencoba membatik motif kawung pada sehelai kain putih berukuran lebih kurang 30x30 cm.

Michelle yang mengaku baru pertama kali mengenal canting, tampak tidak canggung menggoreskan ujung runcing canting tersebut walau pada mulanya ia sempat heran ketika malam menggumpal di ujung cantingnya.

Lalu, dengan hangat Ibu Ani menunjukkan cara membuat malam tersebut tidak menggumpal, yaitu dengan meniup perlahan ujung canting.

Michelle tampak terkejut saat menerima penjelasan bahwa diperlukan waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikan sehelai kain batik tulis. Ia makin terkesima ketika melihat koleksi kain batik kuno berusia di atas 100 tahun.

Dengan serius, Michelle, yang juga disebut publiknya sebagai salah satu wanita berbusana terbaik itu, mengamati motif kain yang dipamerkan sambil sesekali memuji keindahannya.

Ia kemudian dipandu berkeliling mengamati peninggalan budaya yang berusia ratusan tahun seperti kain batik, songket, dan juga tenun ikat Nusa Tenggara.

Dipamerkan juga perhiasan peninggalan zaman perunggu dari Kutai Kertanegara, aksesoris khas Suku Dayak, serta alat musik sasando dari Nusa Tenggara Timur.

Sekalipun nyonya Gedung Putih itu menunjukkan ketertarikan pada barang-barang yang ditampilkan dengan sesekali menanyakan cara pembuatan dan bahan yang dibutuhkan namun banyaknya benda yang ingin diperkenalkan dan samanya metoda penjelasan yang diberikan membuat suasana monoton.

Michelle pun tidak terlihat sesantai ketika mendampingi Obama di India, ketika ia menari dan tertawa dengan lepas bersama anak-anak dengan iringan musik tradisional India.

Di India, Michelle bahkan melepas sepatunya ketika menari bersama anak-anak.

Malam harinya, walaupun perhatian media lokal dalam acara jamuan santap malam kenegaraan lebih ditujukan pada mantan presiden Megawati Soekarnoputri yang tiba-tiba hadir mendampingi sang suami Ketua MPR Taufiq Kiemas, bukan berarti Michelle terlupakan.

Michelle memang tidak mengenakan rancangan desainer Indonesia untuk acara jamuan santap malam kenegaraan itu, tetapi gaun lengan sesiku warna coklat bercorak hitam karya desainer muda yang memulai debutnya di New York Fashion Week 2003, Derek Lam.

Pilihannya itu sepintas lalu mirip dengan corak tradisional Indonesia.

Berbeda dengan saat tiba, malam itu Michelle menggerai rambutnya dan mengenakan kalung besar dari batu mulia berwarna senada rancangan desainer Rajana Khan --istri dari desainer favorit Michelle, Naeem Khan.

Sayangnya jamuan santap malam kenegaraan itu tertutup bagi wartawan sehingga tidak dapat diketahui apakah acara tersebut mampu mengeluarkan pribadi Michelle yang hangat dan ramah sebagaimana terlihat dalam kunjungan di India.

ToleransiToleransi mendalam Michelle kepada publik Indonesia kembali ditunjukkannya ketika ia mendampingi Obama berkunjung ke Masjid Istiqlal.

Pagi itu Michelle mengenakan setelan berwarna hijau muda karya Stephen Burrows.

Uniknya, setelan celana dan blus panjang tersebut bukan pertama kali ia gunakan. Menurut laman informasi selebriti justjared.com, pakaian itu pernah ia gunakan pada Juli 2010 saat menemui siswa tari Duke Ellington di Gedung Putih.

Namun pagi itu di Masjid Istiqlal, Michelle menanggalkan ikat pinggang batu berwarna biru dan melepas sepatunya, sehingga setelan longgar itu tampak makin longgar dan lurus di tubuhnya, menghilangkan garis tubuhnya dari pandangan.

Tidak hanya memilih pakaian yang longgar, Michelle --yang beberapa kali terpaksa harus menjinjing celana panjangnya saat berjalan-- juga mengenakan kerudung warna kuning muda dengan corak coklat di Masjid Istiqlal.

Mungkin karena kunjungan kenegaraan ibu dari Sasha dan Malia itu di Indonesia kurang dari 24 jam maka sulit bagi publik Indonesia untuk sungguh-sungguh mengenalnya.

Apalagi waktu Michelle di Indonesia dihabiskan untuk menghadiri acara resmi dan ia hampir tidak mengeluarkan pernyataan apapun.

Hal itu jauh berbeda dengan di India, ketika Michelle mendampingi Obama melakukan kunjungan kenegaraan selama tiga hari. Di India Michelle leluasa berinteraksi dengan anak-anak dan para pelajar.

Ia juga tampak ramah dan hangat menyambut setiap uluran tangan anak-anak yang mengajaknya menari atau bermain dalam sejumlah kesempatan.

Tidak heran apabila ketika media India mengklaim Michelle berhasil mengambil hati publik India, ulasan media Indonesia tentang kepribadian penuh toleransi mantan asisten Wali Kota Chicago Richard M Daley itu tidak akan dapat jauh lebih dalam dari pilihan busananya.

Presiden Barack Obama melakukan lawatan 10 hari ke empat negara Asia, yaitu India, Indonesia, Korea Selatan dan Jepang. Michelle mendampingi Obama dalam kunjungan kenegaraan ke India dan Indonesia sebelum kemudian bertolak kembali ke Amerika Serikat sementara sang suami melanjutkan perjalanan.

Sebelumnya Obama pernah mengatakan bahwa ia ingin sekali memperkenalkan Indonesia, tempat ia pernah melewatkan masa kecilnya, kepada istri dan kedua anaknya. Namun keinginan tersebut belum terwujud karena satu dan berbagai hal.
 

Indonesia Tidak Akan Lupakan Pidato Obama

WALIKOTA SUNGAI PENUH

Panji Pratama

Indonesia Tidak Akan Lupakan Pidato Obama
Sebelum mengakhiri kunjungan singkatnya di Indonesia, Presiden Amerika Serikat Barack Obama sempat berpidato di hadapan sekitar 7.500 undangan di kampus Universitas Indonesia Depok, pada Rabu.

Tapi bukan memorinya tentang Indonesia dan euforia media terhadap kunjungan orang nomor satu di Amerika itu yang meninggalkan kesan mendalam, namun caranya menyampaikan pidato di hadapan mahasiswa dan dosen, serta jutaan pemirsa Indonesia yang menyaksikannya melalui televisi.

Kemampuan sang presiden untuk berbicara di depan khalayak tanpa membaca teks pidato seolah mengingatkan `kita` kepada sosok pemimpin besar yang pernah menyihir bangsa Indonesia melalui keahliannya beretorika, mantan presiden Soekarno.

"Pulang Kampung Nih," kata Obama dalam bahasa Indonesia pada bagian awal pidatonya di Balairung Universitas Indonesia, yang tentu saja mengundang tawa dan tepuk tangan yang riuh dari peserta yang beruntung bisa menghadiri kuliah umum tersebut.

Kemampuan Obama dalam menyampaikan pesan tentang pluralisme, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam pidato selama kurang lebih tiga puluh menit itu, menginspirasi bangsa Indonesia tentang kebebasan untuk memeluk agama tanpa merasa takut dan dibatasi nilai universal.

Seorang pakar komunikasi Deddy Mulyana mengatakan bahwa Obama merupakan komunikator yang mempesona karena sangat tenang dalam berorasi dan dapat mengatur kecepatan berbicara.

Dihubungi melalui telepon di Bandung, Rabu, Deddy yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran (Unpad) mengatakan, Obama merupakan komunikator yang baik sehingga dapat berbicara secara efektif.

Menanggapi diplomasi yang dilakukan Obama selama kunjungan di Indonesia, Deddy mengatakan, dari segi bahasa verbal dan non verbal Obama sangat superior.

"Performa Obama dalam berdiplomasi dapat menandingi pendahulunya mantan Presiden Amerika John F Kennedy," kata Deddy.

"Obama dapat menyelaraskan bahasa verbal dan non verbal sehingga orang Indonesia pun dapat menangkap apa yang dia bicarakan," kata Deddy.

Penggunaan istilah "Nusantara" dalam penegasan tentang hak-hak warga negara serta menyebutkan Sabang sampai Merauke dalam pidatonya adalah bukti bahwa seorang Obama, yang sempat menghabiskan empat tahun masa kecilnya di Jakarta, tidak lupa akan keberagaman Indonesia.

"Pada 1967-1968 ketika sebagian besar dari anda belum dilahirkan, kota ini belum dipenuhi gedung-gedung tinggi. Hotel Indonesia merupakan bangunan tertinggi. Dan hanya ada satu pusat perbelanjaan besar, Sarinah," kenang Obama yang disambut gelak tawa ribuan tamu di Balairung UI.

Obama juga menyampaikan beberapa hal seperti demokrasi, pembangunan, dan agama yang juga penting bagi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan adanya keberagaman agama dan kepercayaan di Indonesia.

Kharisma mantan senator Illnois itu tentu saja tidak terbatas pada kemampuannya melafalkan kalimat dalam bahasa Indonesia dengan benar, mutu dari pesan yang disampaikannya tentang toleransi antarumat beragama, kebhinnekaan Indonesia, serta kekagumannya terhadap proses demokrasi di Indonesia.

Seorang penulis dan penyanyi ternama Indonesia, Dewi Lestari, melalui laman "Twitter"-nya pun menuliskan bahwa akustik rongga mulut Obama ideal, suaranya jadi "powerful", gaungnya pas, serta artikulasinya jelas ketika ia mengamati pidato Obama dengan seksama melalui televisi.

Hal senada disampaikan oleh Goenawan Mohamad, sastrawan sekaligus legenda jurnalisme Indonesia, yang memuji kemampuan Obama dalam berpidato di depan umum dengan retorika yang bagus.

Menurut pria yang akrab disapa Goen itu, di antara para pemimpin Indonesia selama ini hanya Bung Karno yang menonjol dalam kemampuan beretorikanya, sementara para penerusnya cenderung kaku dan tidak memiliki kemampuan "menyihir" massa seperti Bung Karno.

"Retorika berkembang atau tidak di masyarakat, terkait dengan suasana dan sistem politik dan tatanan sosial masyarakatnya, ketika tahun 1950-an politik bebas, dan banyak pula rapat umum di lapangan terbuka, retorika jadi penting untuk berkomunikasi," tulisnya dalam sebuah akun "Twitter" miliknya.

Ia kemudian membandingkan perkembangan retorika dalam era kepemimpinan para presiden di Indonesia, seperti pada masa demokrasi terpimpin yang terpusat hanya pada Bung Karno sehingga retorika praktis dimonopoli sang pemimpin besar revolusi.

"Sementara pada masa mantan presiden Soeharto, retorika mati. Bukan hanya karena Soeharto tak pandai pidato, tapi masa itu adalah masanya sistem politik otoriter birokratik, instruksi tak perlu retorika melainkan cukup dengan sanksi, apalagi disertai dengan kekuatan senjata dan teror," tulisnya.

Goen menjelaskan bahwa dalam sistem politik itu yang penting adalah instruksi dari atas, sementara pemimpin tak perlu mengajak dan meyakinkan rakyat, cukup dengan perintah saja.

"Tak ada pemilu bebas, menjadi wakil rakyat ditentukan dari atas, gubernur dan bupati tak dipilih langsung jadi tak perlu pidato," tulisnya.

Goenawan juga menyoroti tentang pelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah umum yang tak dikaitkan dengan kemampuan menyampaikan pidato, akting teater, atau debat, bahkan juga komposisinya, sangat berbeda dengan pelajaran bahasa di AS dan di negara lain, maka tak mengherankan Obama pandai berpidato.

Melalui sebuah pertanyaan monolognya, Goenawan bertanya "Kapan kiranya Indonesia punya pidato yang layak disimpan dalam kenangan dari pemimpinnya?"

"Jawabannya, kalau pendidikan bahasa diperbaiki, demokrasi dan kebebasan ekspresi berkembang, serta TV tak diisi acara bincang bincang yang itu-itu saja," katanya.

Dalam kesempatan sebelumnya di Mesjid Istiqlal, Obama berharap kehadirannya itu dapat meningkatkan rasa saling pengertian antarmasyarakat berbagai negara dan agama.

"Saya berharap kunjungan saya dapat mempromosikan saling pengertian (pemahaman) yang lebih besar antara warga dari berbagai negara dan agama karena kita semua adalah anak-anak Tuhan," tulis Obama dalam buku tamu yang ditandatanganinya bersama sang istri.

Ia pun menuliskan bahwa ia merasa terhormat memiliki kesempatan untuk mengunjungi masjid terbesar di Asia Tenggara tersebut.

"Saya merasa terhormat memiliki kesempatan untuk mengunjungi masjid yang luar biasa ini, yang berdiri sebagai simbol dan peran Islam dalam menuntun kehidupan jutaan rakyat Indonesia," katanya.

Setelah mengunjungi Istiqlal selama 15 menit dan berpidato di Universitas Indonesia selama sekitar 30 menit, Presiden Obama akhirnya meninggalkan Jakarta pada pukul 10.49 WIB dari Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta.

Presiden kulit hitam pertama Amerika itu dilepas oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Jalal.

Bukan insiden istri Pak Dino yang "diseret" di istana, penyambutan pengamanan yang berlebihan terhadap Obama, ataupun kasus salaman Menkominfo Tifatul Sembiring dengan Michelle Obama yang akan diingat warga Indonesia dalam "pulang kampung" Obama yang singkat kali ini, tapi pidatonya di Universitas Indonesia.

Pidatonya yang luar biasa itu seolah mengingatkan `kita` bahwa Indonesia adalah bangsa besar yang tidak terlupakan, termasuk bagi Barry, sang presiden dari negara adidaya yang pernah tinggal di Jakarta.

Antara Seoul, Merapi, dan Mentawai

WALIKOTA SUNGAI PENUH

Antara Seoul, Merapi, dan Mentawai
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) dan Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono melambaikan tangan saat memasuki pesawat kepresidenan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (11/11).

"Satu-satunya alasan menjadi tuan bagi masa depan adalah dengan mengubah masa lalu...meninggalkan masa lalu seperti aktor tanpa peran," kata filsuf dan sastrawan Milan Kundera.

Dan pesawat Garuda Indonesia Airbus A330-300 yang membawa rombongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Seoul, Korea Selatan, akhirnya lepas landas dari Bandara Internasional Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Waktunya,Kamis 11 November 2010 pukul 11.30 WIB atau setengah jam lebih awal dari jadwal.

Kunjungan Kepala Negara ke Seoul itu sudah masuk dalam agenda tahunan kegiatan luar negeri karena sejak pemimpin negara anggota kelompok G20 bertemu pertama kali pada November 2008 untuk membahas krisis ekonomi global, Presiden Yudhoyono tidak pernah absen.

Pada April 2009 di tengah kesibukan kampanye Pemilihan Umum legislatif, Presiden bahkan menyempatkan diri untuk hadir pada pertemuan G20 di London meski hanya pada hari pertama sesi pembukaan dan langsung menuju Surabaya untuk berkampanye.

Kali ini, Presiden Yudhoyono kembali memangkas waktu kehadirannya di pertemuan G20 namun untuk alasan yang berbeda.

Presiden yang didampingi Ani Yudhoyono baru hadir di Seoul pada hari kedua pertemuan G20 dan hanya satu hari untuk menjadi pembicara utama tentang pembangunan yang mewakili suara negara-negara berkembang.

Pada Jumat malam 12 November 2010, Presiden dan rombongan akan terbang lagi ke Yokohama, Jepang, untuk menghadiri pertemuan puncak Asia Pacific Economy Cooperation (APEC).

Kepala Negara pun hanya satu hari berada di sana dan dijadwalkan sudah tiba kembali di tanah air pada Sabtu malam, 13 November 2010.

Keberangkatan Presiden Yudhoyono ke Korea Selatan dan Jepang yang awalnya dijadwalkan pada 10-15 November 2010 itu pun diputuskan secara mendadak pada Rabu malam 10 November 2010 setelah mendengarkan kondisi terkini dari bencana letusan Gunung Merapi.

Pada Rabu malam Presiden Yudhoyono menggelar rapat internal selama tiga jam bersama dengan Wakil Presiden Boediono, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Radjasa, Menko Kesejahteraan Agung Laksono, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Panglima TNI Agus Suhartono, dan Kapolri Timur Pradopo.

Dalam rapat tersebut, Presiden mendengarkan penjelasan secara video conference dari Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono, serta Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Syamsul Maarif.

Usai rapat, menurut Menko Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Presiden Yudhoyono belum memutuskan apakah akan menghadiri pertemuan G20 di Seoul, Korea Selatan.

Saat itu, Wakil Presiden Boediono sudah disiapkan untuk mewakili Presiden Yudhoyono di forum G20.

Sejumlah wartawan sudah berada di Bandara Internasional Soekarno Hatta untuk ikut dalam rombongan Boediono yang akan berangkat pada Rabu malam pukul 23.00 WIB.

Namun, Menko Perekonomian Hatta Radjasa usai rapat pada Rabu malam menegaskan bahwa Presiden Yudhoyono tetap dijadwalkan menghadiri pertemuan G20 dan belum membatalkan keberangkatannya ke Seoul.

"Kita lihat saja siapa yang berangkat besok pagi di Halim," ujar Hatta.

Selusin wartawan yang sudah berada di Bandara Soekarno Hatta pun akhirnya balik badan dan pulang ke rumah masing-masing setelah mendapatkan kepastian bahwa Wapres Boediono tidak jadi berangkat ke Seoul.

Kepastian keberangkatan Presiden Yudhoyono baru merebak pada Rabu tengah malam dan pada Kamis pagi Biro Pers dan Media Istana Kepresidenan mengeluarkan jadwal kegiatan Presiden dengan menyebutkan pada pukul 12.00 WIB Kepala Negara akan berangkat ke Seoul.

Pada Kamis pagi di Kantor Kepresidenan, Presiden pun menggelar konferensi pers memastikan keberangkatannya ke Korea Selatan dan Jepang.

Keputusan itu, menurut Presiden, diambil setelah mendengarkan penjelasan Surono bahwa kondisi Gunung Merapi dalam empat hari mendatang tidak akan mengalami perubahan drastis dan bahkan cenderung membaik meski masih berstatus awas.

Meski demikian, Presiden tetap tidak ingin berlama-lama meninggalkan tanah air dalam kondisi negara yang didera bencana.

Presiden mempersingkat kunjungannya dan memutuskan mengirim Wakil Presiden Boediono ke Jepang untuk menghadiri forum APEC secara penuh serta mengadakan kunjungan kenegaraan untuk menindaklanjuti rencana kerjasama ekonomi dengan Jepang.

Wapres Boediono akan berada di Jepang pada 14-16 November 2010.

"Saya tidak boleh terlalu lama meninggalkan tanah air dalam keadaan seperti ini. Hari kedua di forum APEC akan lintas ganti. Saya pulang dan digantikan Wakil Presiden yang akan hadir penuh," kata Presiden.

Setelah menghadiri acara penganugerahan gelar pahlawan nasional di Istana Negara pada Kamis pukul 10.00 WIB, Presiden dan rombongan pun berangkat ke Seoul melalui Bandara Halim Perdanakusuma.

Letusan Gunung Merapi yang telah menyebabkan 205 korban tewas sejak erupsi pertama 26 Oktober 2010 memang menyita perhatian Presiden Yudhoyono.

Presiden sampai dua kali mengunjungi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah 2-3 November 2010 dan 5-9 November 2010.

Pada kunjungan pertama, Presiden Yudhoyono mendengarkan penjelasan penanganan tanggap darurat dari Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo dan Gubernur DIY Sultan Hamengkubuwono X serta mengunjungi beberapa lokasi pengungsian di dua provinsi tersebut.

Pada kunjungan tersebut, Presiden menekankan pentingnya kepemimpinan dalam menangani tahap tanggap darurat. Ia mewanti-wanti jajaran pimpinan daerah mulai dari gubernur sampai bupati/walikota untuk tetap berada di daerah masing-masing dan memberikan pelayanan maksimum kepada para pengungsi.

"Jangan ketika saya datang ada di situ, tapi begitu saya kembali, gubernurnya kembali, bupatinya kembali, diserahkan hanya kepada camat. Bukan itu kepemimpinan yang baik," ujarnya.

Ketika erupsi Merapi semakin berbahaya, Presiden pun mengeluarkan instruksi pada 4 November 2010 bahwa penanganan tanggap darurat berada di bawah satu komando Kepala BNPB Syamsul Maarif didukung oleh Gubernur Jawa Tengah, Gubernur DIY, Pangdam Diponegoro, Kapolda Jawa Tengah, dan Kapolda DIY.

TNI dan Polri pun diperintahkan untuk membentuk satuan khusus tanggap darurat penanganan bencana. Untuk memastikan instruksi tersebut berjalan, Presiden kembali ke Jawa Tengah dan DIY guna memastikan instruksi tersebut berjalan di lapangan.

Keberangkatan Presiden untuk kedua kali ke DIY dan Jawa Tengah itu terbilang sangat mendadak hingga melalui Bandara Internasional Soekarno Hatta karena pesawat khusus kepresidenan tidak memiliki cukup waktu untuk dipindahkan ke Bandara Halim Perdanakusuma.

Wartawan dan dua Staf Khusus Kepresidenan pun ketinggalan rombongan akibat keberangkatan mendadak yang berubah-ubah informasinya setiap jam itu.

Keberangkatan Presiden Yudhoyono ke Seoul pada Kamis siang 11 November 2010 meski bisa dibilang mendadak juga, tentunya dilakukan lebih dengan persiapan yang matang dan suasana tenteram karena tidak ada angota rombongan yang ketinggalan.

Karena kepergian Presiden itu diputuskan setelah mendengarkan keterangan Surono dan Kepala BNPB bahwa penanganan tahap tanggap darurat berjalan baik.

Sistem memang telah bekerja di lapangan dan kepala daerah patuh berada di tempatnya masing-masing pada bencana letusan Gunung Merapi.

Namun, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno yang bertandang dua hari ke Jerman tanpa ijin Presiden di tengah penanganan tanggap darurat tsunami Mentawai ternyata hanya akan mendapatkan sanksi teguran tertulis.

Menurut Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, sanksi teguran tertulis itu dipertimbangkan karena kepergian Irwan didasarkan ketidaktahuan dan wajar saja melakukan kesalahan karena baru diangkat gubernur pada Agustus 2010.

Antara Seoul, Merapi, dan Mentawai bagaikan kisah klasik Yunani, Perang Troya.

Dan perang Troya, bagi filsuf Hannah Arendt, yakni kepahlawanan bukan pertama-tama merujuk kepada keberanian mereka untuk menjemput ajal dan menderita dalam perang, melainkan keinginan untuk menunjukkan diri kepada publik bahwa ada "sebuah cerita baru bagi dirinya".