Sabtu, 13 November 2010

Armina, Antara Kekuatan Spiritual dan Kesehatan

WALIKOTA SUNGAI PENUH

Edy Supriatna Sjafei

Armina, Antara Kekuatan Spiritual dan Kesehatan
Mekkah (ANTARA News) - Diperkirakan fisik para jamaah akan terkuras saat berjalan kaki dari arah Mina menuju jamarat untuk melakukan lontar jumroh aqobah, wustha dan ula.

Jarak dari tenda jamaah terjauh mencapai tujuh kilometer yakni di Mina Jadid. Sedangkan terdekat dilakukan dengan jalan kaki sejauh dua kilometer.

Dalam cabang olahraga atletik, jarak sejauh itu tak terlalu jauh bagi seorang atlet.

Namun untuk kegiatan ritual yang dilakukan dalam tiga hari berturut-turut, dalam suasana haru di bawah terik matahari di kawasan Mina, jangan menganggap ringan.

Seorang atlet atau orang muda -- bisa saja sesumbar dan berkomentar bahwa berjalan kaki sejauh itu adalah hal ringan. Tetapi untuk dirinya sendiri tatkala ikut dalam kegiatan ritual ini belumlah tentu memiliki kemampuan, mengingat kegiatan ritual ini bukan seperti matematik.

Pasalnya, medan kegiatan ritual di Armina (Arafah, Muzdalifah dan Mina) tidak sama dengan arena olahraga seperti halnya kawasan Gelora Senayan. Haji adalah Arafah, yang bermakna bahwa kegiatan puncak haji wajib hukumnya berwukuf di kawasan itu.

Karena itu, modal fisiknya saja belumlah tentu dapat dijadikan parameter bahwa seseorang mampu melaksanakan ibadah haji dengan sempurna. Memang, haji adalah kegiatan napak tilas perjuangan Rasulullah, Nabi Muhammad SAW dalam menegakkan keesaan Allah yang didalamnya terkait dengan persyaratan fisik dalam berhaji. Tetapi modal itu saja tentu tak cukup.

Sebab, bisa saja hal lain dapat terjadi, seperti tak mampu mengendalian emosional dan menahan hal-hal yang menjadi larangan. Terlebih, jika mengingat, ketika melaksanakan itu semua, jemaah haji mengenakan kain ihram yang tentu di dalamnya terikat dengan larangan-larangan di dalamnya, seperti berucap dosa, bertengkar dan masih banyak lagi larangan lainnya.

Untuk itu, selain menyangkut persiapan fisik dan mental, para jamaah calon haji juga perlu dibekali pengetahuan jelang pelaksanaan wukuf di arafah, mabit di Muzdalifah, dan Mina (Armina).

Jauh sebelum seseorang berangkat haji, mereka telah diberi pembekalan memadai. Pengetahuan manasik di tanah air sering terdengar di berbagai rumah ibadah: surau, langgar atau masjid. Bahkan ada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) gencar menyelenggarakan kegiatan itu sambil mempromosikan nama organisasinya.

Tetapi, semua itu, belumlah cukup. Untuk itu Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi kerap mengeluarkan imbauan.

Jemaah diminta menjaga kesehatan agar tetap prima pada saat puncak haji, yaitu wukuf di Arafah dan kegiatan lanjutan di Muzdalifa, Mina. Termasuk melempar jumroh dan mengikuti ritual berikutnya seperti thawaf dan sa`i di Masjidil Haram.

Gunakan masker
Terkait dengan persiapan wukuf, yang jatuh pada hari Senin (15/11), dari sisi kesehatan telah ditegaskan bahwa calon haji (calhaj) diminta menggunakan masker dan menjaga kebersihan.

Hal ini sangat penting, karena untuk musim haji 1431 H/2010 M, PPIH memiliki catatan yang terkait dengan bidang kesehatan dan perlu menjadi perhatian semua pihak.

Catatan itu, yaitu perlunya melakukan tindakan antisipasi menularnya wabah penyakit yang diidap dua orang calhaj asal Eropa dan Asia Selatan yang positif terpapar Flu A H1N1.

"Kami meminta jamaah haji bermasker untuk mencegah tertularnya dengan cepat virus flu babai," kata Wakil Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bidang Kesehatan Chairul Radjab Nasution di sela acara Malam Taaruf Petugas Haji Indonesia Bersama Amirul Haj di Mekkah Jumat (13/11) malam.

Sebelumnya pada Selasa (9/11) Kementerian Haji Arab Saudi memberitakan seorang perempuan asal Eopa, 26 th, dan seorang wanita lainnya, 56th, asal Asia Selatan positif terkena flu A H1N1. Seorang yang lain, pria asal Afrika, 41th terkena kolera. Kedua pasien flu burung saat ini dirawat di rumah sakit. Sementara satu yang lain sudah dapat keluar dari rumah sakit.

Kementerian kesehatan Arab Saudi mengklaim dua kasus penyakit menular tersebut merupakan yang pertama dalam sejarah pelaksanaan haji di Arab Saudi.

Seperti dilansir Arabnews, kedua pasien jamaah haji yang dirawat di rumah sakit, dalam kondisi yang stabil.

"Para perempuan terdeteksi mengidap flu A H1N1 sebelum mereka berangkat dari Inggris," ujar Juru bicara kementerian Kesehatan Khalid Al-Mirghalani.

Ia menambahkan akan melakukan serangkaian uji tes kepada para pasien flu burung dan kolera.

"Khusus pasien kolera kami akan menanyakan dengan siapa saja pasien itu sudah mengalami kontak," kata dia.

Namun begitu Khalid Al-Mirghalani meminta agar seluruh jamaah haji dan masyarakat agar tetap tenang karena situasi kesehatan dalam kondisi baik dan terkendali.

Serangkaian tes lengkap tentunya juga akan diberikan oleh para medis kepada pasien flu babi tersebut. Kendati belum mendapat laporan resmi dari Kementerian Kesehatan Arab Saudi, Chairul Radjab mengatakan prosedur tetap tetap harus dilaksanakan.

Jangan berlebihan
Masih terkait dengan kesiapan Armina, PPIH memandang bahwa banyak calhaj belum paham bagaimana seharusnya ketika berada di Arafah. Salah satunya tentang membawa peralatan bagi kebutuhan selama di Armina.

Beranjak dari pengalaman sebelumnya, banyak Calhaj membawa koper dan peralatan lain. Seharusnya, secukupnya saja, kata Kasatgas Mina, Subakin Abdul Mutholib.

Sebab, jika para jamaah membawa barang-barang secara berlebih dikhawatirkan akan merepotkan yang bersangkutan. Sebab, membawa badan saja sudah letih, ditambah lagi dengan membawa koper atau tas besar.

"Maka, saran saya bawa barang secukupnya," kata Subakin lugas.

Agar calhaj tenang dan dapat berkonsentrasi dalam menjalankan ritual haji, selain disarankan membawa barang secukupnya, para calhaj juga diharuskan untuk meninggalkan barang-barang berharga di pemondokan dan disimpan di tempat yang aman.

"Di lokasi tenda Armina bisa jadi kurang aman bagi para jamaah untuk membawa barang berharga seperti perhiasan dan uang," katanya.

Untuk musim haji 1341 H ini, jarak antara Kantor Misi Haji Indonesia di Mina dengan jamarat sekira 2 kilometer. Sementara jarak tenda jamaah terjauh di Mina Jadid menuju jamarat sekira 7 kilometer. Mina Jadid merupakan perluasan dari Mina yang karena faktor alam tidak bisa menampung semua jamaah. Di Mina Jadid ada 10 maktab Indonesia.

Bagi calhaj Indonesia, diimbau juga tidak merokok saat melaksanakan proses ritual haji. Sebab, banyak papan pengumuman di Armina yang meminta kepada jamaah tidak merokok.

"Memang itu imbauan dari pemerintah Saudi. Saya harapkan jamaah juga mematuhinya," kata Subakin.

Utamakan kesehatan
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan, Wan Alkadri, di Makkah, Sabtu, mengatakan, hendaknya jemaah memperhatikan kesehatan. Sebab, jamaah akan berada di Armina selama dua hari satu malam. Ini cukup berat, terutama bagi calhaj beresiko tinggi. Selama wukuf, jamaah diharap tidak melakukan banyak aktivitas yang tak perlu.

Untuk mencegah penularan penyakit selama di Armina, ia menyarankan jamaah mengenakan masker lembab. "Masker memiliki pori-pori dalam ukuran tertentu. Kalau lembab, partikel dari udara akan mengumpal di masker, sehingga mencegah bakteri dan kuman masuk," ujar Alkadri.

Ia mencatat ada 35 persen jamaah yang berisiko tinggi karena usia tua dan sakit bawaan, seperti hipertensi dan diabetes. Penyakit berat yang dialami jamaah Indonesia adalah penyakit infeksi, kelainan jantung, hipertensi ekstrem, asma serangan berulang-ulang, dan patah tulang. Yang umum dialami jamaah adalah demam, batuk, dan gangguan pernapasan.

Alkadri berpesan agar jamaah tidur cukup, jangan ditahan jika ingin buang air, makan sesuai waktu, dan menjaga kebersihan. Karena kelembababan udra bervariasi, jamaah disarankan setiap satu jam minum air satu gelas. "Kelembaban udara yang rendah membuat tubuh kita mengalami penguapan lebih cepat, sehingga kita kurang cairan," ujar Alkadri.

Dari sekitar 200 ribu jamaah yang sudah memeriksakan diri selama di Tanah Suci, 30 persennya datang disertai dengan batuk. Dari pemeriksaan ini, ditemukan satu kasus pneumonia. Jamaah mengalami gangguan paru-paru dan demam. Kemudian diketahui, yang bersangkutan terkena H1N1.

"Jamaah itu berangkat dari embarkasi Surabaya tanggal 26 Oktober, diketahui terkena H1N1 pada 9 November," ujar Alkadri.

Masa inkubasi virus ini hanya seminggu, sehingga dimungkinkan terinfeksi di Tanah Suci. Pasien itu telah dirawat di rumah sakit Arab Saudi.

H1N1 tidak sebahaya H5N1. Probabilitasnya lebih rendah, ujar dia. Karenanya, Alkadri berharap, jamaah tak perlu khawatir dengan adanya kasus ini.

Orang-orang yang pernah kontak lansgung dengan jamaah ini juga telah diperiksa, untuk dideteksi ada tidaknya penularan. "Kami sediakan tamiflu," ujar Alkadri. Kasus H1N1 ini juga menimpa dua jamaah dari luar negeri, yaitu dari Inggris dan India.

Tim kesehatan menyiapkan ambulans bagi 30 pasien dalam posisi berbaring untuk safari wukuf. Satu ambulans akan dikawal satu dokter dan satu paramedis. Diperkirakan sebanyak 140 hingga 150 jamaah haji yang kesehatannya terganggu dan dirawat di rumah sakit di Mekkah akan ikut safari wukuf pada puncak haji musim haji 1431 H/2010 M.

Angka tersebut masih fluktuatif karena bisa saja bertambah atau berkurang mengingat kondisi jamaah saat ini, kata Penghubung Intansi Kesehatan Daerah Kerja (Daker) Mekkah, dr. Ramon Andreas di Mekkah, Sabtu.

Sementara itu, semua jamaah haji yang meninggal sebelum Arafah akan dibadalhajikan, yang hingga hari ke-33 penyelenggaraan haji mencapai 97 orang. Termasuk sejumlah pasien yang kini dirawat di sejumlah rumah sakit setempat (Arab Saudi dan BPHI) yang menggunakan alat bantu, sekitar 10 orang akan ikut dibadalhajikan. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MYSTERI SEX